أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰ نَ ۗ وَلَوْ كَا نَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَا فًا كَثِيْرًا
“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 82)
Mereka tidak menghayati/mendalami al Quran
Muhasabah…apakah kita menghayati/mendalami al Quran.
Kewajiban terhadap Al-Qur’an
1. Mengimaninya dengan sepenuh hati.
Kita harus mengimani semua bagian Al-Qur’an tanpa kecuali. Jangan sampai kita hanya mengimani sebagian isi Al-Qur’an – yang sesuai dengan selera dan kehendak kita – dan mengingkari sebagian yang lainnya – yang tidak sesuai dengan selera dan kehendak kita. Ulaaika humul kaafiruuna haqqan “Mereka itu benar-benar kafir”. Sebaliknya, sikap kita terhadap Al-Qur’an adalah: Sami’na wa atha’naa “Kami mendengar dan kami taat”.
2. Membacanya.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir dalam membacanya, maka ia akan ditemani para malaikat yang mulia lagi penuh kebaikan. Dan barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan maka dia akan mendapatkan dua pahala.” (HR Bukhari dan Muslim) Para ulama mengatakan: satu pahala untuk bacaannya, dan satu pahala lagi untuk kesusahannya dalam membaca.
Rasulullah saw juga mengatakan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi bahwa setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Dan membaca setiap huruf Al-Qur’an merupakan satu kebaikan. Dengan demikian, setiap huruf Al-Qur’an yang kita baca adalah satu kebaikan yang akan diganjar sepuluh kali lipatnya. Subhanallah!
Demikianlah, membaca Al-Qur’an saja sudah dihitung ibadah. Bukan hanya itu. Bahkan mendengarkan bacaan Al-Qur’an saja sudah dijanjikan akan mendapat rahmat.
وَاِ ذَا قُرِئَ الْقُرْاٰ نُ فَا سْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَ نْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 204)
Demikian pula majelis-majelis Al Qur’an akan dinaungi oleh para malaikat, yang membentangkan dan mengepak-ngepakkan sayap mereka sebagai pertanda ridha terhadap apa yang dilakukan dalam majelis tersebut.
Jika kita gemar membaca Al-Qur’an, maka Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafaat kepada kita. Rasulullah saw bersabda, “Iqraul Qur’aan fainnahu ya’tii Yaumal Qiyaamati syafii’an liashhabihi “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang gemar membacanya ketika di dunia.” (HR Muslim)
Dan bagi orang-orang yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, kelak di Hari Qiyamat akan diberi kehormatan untuk membacakan Al Qur’an dihadapan para penduduk Surga. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasai)
3. Menghayati/mendalami isi kandungannya.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa[4]: 82).
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 24).
Al-Qur’an untuk dipahami karena ia adalah kitab petunjuk. Bagaimana ia bisa menjadi petunjuk kalau kita tidak memahami kandungannya?
Cara yang paling ideal untuk bisa memahami kandungan Al-Qur’an tentu saja adalah dengan memahami bahasa Al-Qur’an, yakni bahasa Arab. Oleh karena itu, belajar bahasa Arab itu penting. Namun jika kita belum atau tidak mampu memahami bahasa Arab, bukan berarti kita berhenti dan tidak melakukan apa-apa. Sekarang ini sudah banyak sarana-sarana untuk bisa memahmi kandungan Al-Qur’an, seperti terjemahan, buku-buku tafsir, majlis-majlis taklim yang mengkaji Al-Qur’an, dan sebagainya.
4. Menghafalkannya sesuai kemampuan.
Rasulullah saw bersabda, “Man laisa fii qalbihi syaiun minal Qur’an kal baitil kharb (Barangsiapa yang didalam hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an ibarat rumah yang rusak).” (HR At-Tirmidzi) Apakah kita mau memiliki hati yang keadaanya seperti rumah yang rusak? Tentunya tidak. Untuk itu marilah kita berusaha sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang kita miliki untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
5. Mengamalkannya.
“Kam min qaari-il Qur’an wal Qur’an yal’anuhu (betapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an namun pada saat yang justru Al-Qur’an melaknatnya).” Siapakah mereka? Tidak lain adalah orang-orang yang membaca Al-Qur’an, namun dalam kehidupan sehari-hari justru melanggar nilai-nilai dan ajaran Al-Qur’an.
6. Mengajarkan dan mendakwahkannya.
Tidak cukup kita bagus sendirian saja. Kita harus menularkan kebaikan. Demikian pula Al-Qur’an tidak cukup akrab dengan satu dua orang saja, tetapi harus akrab dengan masyarakat. Karena itu kegiatan-kegiatan dakwah yang didalamnya diajarkan dan disebarluaskan ajaran Al-Qur’an harus selalu didukung
Semoga kita bisa menunaikan kewajiban kewajiban kita terhadap al Quran.