Karena pentingnya pokok pembahasan Surah Yasin, Rasulullahsawmenyebutnya sebagai jantung Al Quran.
Dalam surah sebelumnya dinyatakan bahwa Tuhan – selaku yang menciptakan seluruh langit dan bumi – telah menyediakan perbekalan sepenuhnya, bukan saja untuk segala keperluan jasmani manusia, melainkan pula untuk segala keperluan akhlak dan ruhaninya.
Hal itu dilakukan-Nya dengan menampakkan Wujud-Nya kepada abdi-Nya yang terpilih, yang dibangkitkan-Nya di tengah-tengah setiap kaum. Kepada Rasulullahsaw, yang oleh surah ini ditetapkan sebagai “Pemimpin yang Sempurna” atau “Pemimpin yang Paripurna,”.
Allahswt menampakkan Wujud-Nya dalam penjelmaan yang paling lengkap dan sempurna, dan menganugerahkan kepada beliausaw kitab yang paling sempurna tanpa cacat sedikitpun dalam bentuk Al Quran.
Berikut ini tafsir singkat dan beberapa isi kandungan Surah Yasin:
Manusia yang Sempurna
Surah Yasin memulai penjelasannya dengan memanggil Rasulullahsaw sebagai “Pemimpin yang Sempurna,” yang berarti bahwa silsilah rasul-rasul Allah dari sejak Nabi Adamas, contohnya sempurnanya terdapat dalam diri beliausaw.
Dalam paduan huruf singkatan Yā Sīn, huruf Sīn itu menurut Ibnu Abbas adalah alih-alih kata al-Insān, yang artinya manusia, atau manusia yang sempurna; atau alih-alih kata Sayyīd (kepala atau pemimpin).
Jadi ungkapan Yā Sīn itu akan berarti, “Hai manusia sempurna!” atau “Hai pemimpin sempurna!” Menurut kesepakatan pendapat para ulama, yang diisyaratkan atau dimaksudkan di sini ialah Rasulullahsaw.
Beliau “manusia yang sempurna” itu, sebab pada wujud beliaulah dijumpai contoh terbaik dan paling sempurna bagi umat manusia, dan beliau itulah “pemimpin yang sempurna,” sebab sesudah beliau diutus maka para mushlih (reformers, pembaharu-pembaharu) dan guru-guru jagat akan dibangkitkan hanya dari antara para pengikut beliau, karena pintu wahyu telah ditutup bagi para pengikut semua nabi lainnya.
Kini jalan yang ditempuh oleh Rasulullahsawmerupakan satu-satunya jalan yang benar dan lurus menuju kepada Allahswt.
Semua jalan lain yang terdahulu membimbing manusia kepada Wujud Yang Maha Agung, kini telah ditutup dan akan tetap tertutup hingga akhir zaman.
Sekarang Allahswt akan menampakkan Wujud-Nya kepada dunia dengan perantaraan para pengikut Rasulullahsaw. Sesuai dengan hikmah-Nya yang tak pernah meleset itu, Dia telah memilih bangsa Arab –yang selama berabad-abad lamanya tidak pernah datang seorang rasul pun di tengah-tengah mereka – untuk mengajarkan kepada umat manusia Amanat Ilahi yang terakhir.
Jalan Rasulullahsaw kini merupakan satu-satunya jalan benar dan lurus yang membawa penempuhnya kepada Allahswt.
Perbedaan indah antara seorang nabi dengan seorang ahli filsafat. Seorang ahli filsafat memerlukan waktu panjang untuk menemukan kebenaran dan seringkali kehilangan arah dalam penyelidikannya, tetapi seorang nabi Allah menemukannya dengan jalan dan waktu yang paling singkat.
Tidak seperti halnya ahli filsafat, beliausaw dibimbing kepada kebenaran itu secara langsung dengan perantaraan wahyu Ilahi, tanpa bertualang di tempat kesesatan gagasan khayali dan sukar dipahami.
Tanah Arab pada waktu itu merupakan negeri yang suram dan kering. Air wahyu Ilahi turun ke atasnya dan kini tanah itu mulai subur menjadi suatu tempat kehidupan rohani yang baru dan penuh semangat.
Surah Yasin ini kemudian mengatakan lebih lanjut dalam bahasa kiasan, betapa Allahswt telah menampakkan Wujud-Nya kepada manusia dengan perantaraan rasul-rasul-Nya.
Dikisahkan tentang Nabi Musaas dan Nabi Isaas, serta tentang Rasulullahsaw yang telah dibangkitkan tepat pada waktunya untuk memanggil umat manusia kembali kepada Allahswt.
Rasulullahsaw “memperkuat” Musaas dan Isaas dengan tersempurnanya dalam wujud beliausaw nubuatan-nubuatan yang telah dibuat kedua rasul itu mengenai kedatangan beliausaw (Ulangan 18:18 & Matius 21:33- 46).
Dan beliau “memperkuat” Nabi Ibrahimas dan Ismailas, karena dalam wujud beliausaw telah menjadi sempurna doa mereka yang tercantum dalam Suray Al Baqarah, 2: 129-130.
Seorang Utusan Allah di Akhir Zaman
Kemudian Surah Yasin ini menceriterakan tentang rajulun (seorang laki-laki)yang akan dibangkitkan Allahswt dari antara para pengikut Rasulullahsaw di negeri yang jauh dari pusat Islam (Surah Yasin, 36: 21) di akhir zaman, ketika agama kelak akan berada dalam keadaan mundur semundur-mundurnya, dan pemahaman tentang adanya wahyu Ilahi sendiri akan diragukan dan ditolak.
Isyarat yang terkandung dalam kata rajulun dapat tertuju kepada Almasih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman ini, yang telah disebut demikian dalam suatu hadis yang terkenal (Bukhari, Kitab al-Tafsir).
Kemudian rajulun (seorang laki-laki) itu Yas‘ā (berlari-lari) yang maksudnya adalah Almasih kedua itu yang memberi isyarat kepada sifatnya yang tak mengenal lelah, cepat bertindak dan tak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan Islam.
Pembaharu atau mujadid itu akan memanggil umat manusia kepada Islam. Tetapi, seperti para utusan Allahswt terdahulu seruannya mula-mula tidak mendapat sambutan yang baik.
Kekuatan-kekuatan keburukan akan mencengkeram seluruh dunia. Manusia akan menyembah tuhan-tuhan palsu dan karenanya azab Ilahi akan turun ke bumi.
Kemudian Surah Yasin ini menarik perhatian kepada hukum alam yang telah lazim dikenal, yaitu, bahwa bila bumi sudah menjadi kering-gersang seluruhnya, maka Allahswt menurunkan hujan, dan tanah yang mati itu mulai menggeliat dengan kehidupan baru; mulai tumbuh segala jenis tumbuhan dan bunga-bungaan serta berbagai jenis buah-buahan yang beranekawarna.
Demikian pula bila jiwa manusia menjadi berkarat dan kotor, Tuhan menyebabkan air rohani turun dari langit dalam bentuk wahyu Ilahi.
Surah Yasin kemudian memberikan perumpamaan lain untuk menerangkan masalah yang sama. Ditunjuknya hukum pergantian siang dan malam.
Segala Sesuatu Berpasang-pasangan
Kemudian, Surah Yasin menunjukkan kebenaran yang terbuka, bahwa Allahswt telah menjadikan segala sesuatu berpasang-pasangan, pasangan-pasangan itu bahkan terdapat pada alam nabati dan dalam benda-benda anorganis.
Perumpamaan itu menegaskan, bahwa segala yang benar itu ialah hasil dari perpaduan antara wahyu Ilahi dan akal manusia.
Ilmu pengetahuan telah menemukan kenyataan bahwa pasanganpasangan terdapat dalam segala sesuatu – dalam alam nabati, dan malahan dalam zat anorganik.
Bahkan yang disebut unsur-unsur pun tidak terwujud dengan sendirinya. Unsur-unsur itu pun bergantung pada zat-zat lain untuk dapat mengambil wujud.
Kebenaran ilmiah ini berlaku juga untuk kecerdasan manusia. Sebelum nur-nur samawi turun, manusia tidak dapat memperoleh ilmu sejati yang lahir dari perpaduan wahyu Ilahi dan kecerdasan otak manusia.
Kata-kata, ”Yang hidup,” berarti orang-orang yang keruhaniannya tidak mati, yaitu, orang-orang yang mampu memperoleh dan menerima Amanat Ilahi dan mempunyai kemampuan menyambut dan menjawab panggilan kepada kebenaran.
Jika Allahswt telah memberi jaminan bagi segala keperluan, yang diperlukan orang guna memenuhi segala kepentingan dan keperluan jasmaninya, maka tidak masuk akal bahwa Dia akan melalaikan memberikan jaminan bagi segala keperluan akhlak dan ruhaninya.
Masa Depan Islam
Menjelang penutup, Surah Yasin ini mengarahkan perhatian kita kepada hari depan Islam yang agung lagi cemerlang.
Dikatakannya bahwa menurut takdir Ilahi, suatu kaum seperti kaum Arab yang sudah berabad-abad lamanya hidup pada taraf yang serendah-rendahnya itu, kini akan bangkit menuju puncak ketinggian, kebesaran dan kemuliaan rohani maupun duniawi.
Dimanapun Al Quran menggunakan ungkapan, “Apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berfirman mengenai itu, ‘jadilah,’ maka jadilah ia,” maka yang diisyaratkan itu nampaknya selalu mengenai terjadinya suatu peristiwa luar biasa pentingnya, terutama tentang terjadinya revolusi besar di bidang akhlak dan rohani dengan perantaraan seorang muslih rabbani (pembaharu dari Allah).
Dan yang diisyaratkan di sini adalah tentang perubahan besar yang dilaksanakan oleh Rasulullahsaw.
“Maka Mahasuci Dia Yang di Tangan-Nya ada kedaulatan atas segala sesuatu. Dan kepada Dia-lah kamu semua akan dikembalikan.” (Surah Yasin, 36: 83).
Sumber : Bewaramulia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar