وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Referensi: https://almanhaj.or.id/4097-sedekah-untuk-orang-tua-yang-telah-meninggal.html
Nabi Muhammad saw telah mewariskan 2 hal kepada kita sebagai petunjuk kehidupan apapun yang berkaitan dengan kehidupan, yaitu Al-Qur'an dan Hadits
Ketika kita dihadapi dengan berbagai masalah kehidupan, kita harus mencari solusi untuk sukses.
Pondok Pesantren Digital adalah Media Belajar Agama Islam secara digital berbasis online yang dapat di akses melalui Smartphone, Laptop ataupun Komputer dengan system khusus
Bagaimana kita dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup apapun masalahnya di sini kami beritahu solusi terbaik yang pasti berhasil.
Menjual Ayat Allah?
Ada beberapa peringatan mengenai menjual ayat Allah dalam al-Quran. Diantaranya,
Allah berfirman,
وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ
“Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa..” (QS. al-Baqarah: 41)
Allah juga berfirman,
فَلاَ تَخْشَوُاْ النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. (QS. al-Maidah: 44)
Sasaran Utama Ayat
Sasaran utama ketika ayat ini diturunkan adalah sebagai peringatan untuk para pembesar yahudi, seperti Huyai bin Akhtab, Ka’ab al-Asyraf, atau pemuka yahudi lainnya. Sebelum islam datang, para pemuka yahudi mendapatkan upeti dan uang sogokan dari masyarakatnya. Setiap kali mereka mengeluarkan fatwa atau membacakan taurat, atau melakukan ritual yahudi, mereka diberi bayaran oleh masyarakat.
Banyak masyarakat sekitar Madinah, baik yahudi maupun orang musyrik, yang menjadi korban mereka.
Pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin tiba di madinah, mereka khawatir, jika nanti sampai banyak masyarakat Madinah, terutama yang yahudi masuk islam, maka mereka tidak lagi mendapatkan uang upeti, sogok atau minimal pemasukan mereka akan berkurang.
Karena alasan ini, mereka berusaha menghalangi masyarakat Madinah, terutama masyarakat yahudi, agar tidak mengikuti dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. padahal mereka tahu dengan yakin, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi terakhir seperti yang disebutkan dalam taurat.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan,
معناه لا تعتاضوا عن البيان والإيضاح ونشر العلم النافع في الناس بالكتمان واللبس لتستمروا على رياستكم في الدنيا القليلة الحقيرة الزائلة عن قريب
Maknanya, janganlah kalian mengambil dunia, dengan sengaja menyembunyikan penjelasan, informasi, dan tidak menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat, serta membuat samar kebenaran. Agar kalian bisa mempertahankan posisi kepemimpinan kalian di dunia yang murah, rendah, dan sebentar lagi akan binasa. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/244).
Dan makna [ثَمَناً قَلِيلاً] “harga yang rendah” adalah dunia seisinya.
Harun bin Zaid menceritakan,
سئل الحسن ، يعني البصري ، عن قوله تعالى : ( ثمنا قليلا ) قال : الثمن القليل الدنيا بحذافيرها
Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang firman Allah, [ثَمَناً قَلِيلاً] “harga yang rendah”. Kata beliau, “Harga yang rendah adalah dunia seisinya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/243).
Cakupan tafsir ayat ini tidak berbeda dengan latar belakang Allah menurutkan ayat di atas. Siapa saja yang sengaja menyembunyikan kebenaran, dengan harapan agar bisa mendapatkan dunia atau mempertahankan penghasilan, termasuk diantara bentuk menjual ayat Allah dengan harga yang murah.
Di masyarakat kita, terkadang ada sebagian tokoh yang dia bertugas sebagai pemuka adat dan tradisi. Untuk sekali memimpin ritual, dia akan dibayar oleh penyelenggara. Tentu saja, banyak yang melanggar syariat.
Ketika dakwah kebenaran telah sampai kepadanya, dia paham, bahwa yang dia lakukan melanggar syariat, dan dia merasa berat untuk mengikuti dakwah itu.
Bahkan terkadang dia menghalangi dakwah kebenaran itu, dengan maksud agar masyarakat tetap mempertahankan tradisi meyimpang itu.
Karena itu, berdakwah sambil jual beli, tidak termasuk menjual ayat-ayat Allah.
Allahu a’lam.
oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Kitab Permulaan Turunnya Wahyu
l. Sesungguhnya
amal-amal itu tergantung kepada niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul Nya. Dan, barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia, maka ia akan mendapatkannya.
2. Aisyah r.a. mengatakan
bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya
kepada Rasulullah saw., "Wahai
Rasulullah,
bagaimana datangnya wahyu kepada engkau?" Rasulullah saw.
menjawab, "Kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku bagaikan
gemerincingnya lonceng, dan itulah yang paling berat atasku. Lalu, terputus padaku dan saya telah
hafal darinya tentang apa yang dikatakannya. Kadang-kadang
malaikat berubah rupa sebagai
seorang
laki-laki datang kepadaku, lalu ia berbicara kepadaku, maka saya hafal apa yang dikatakannya." Aisyah
r.a. berkata, "Sungguh saya melihat beliau ketika turun wahyu kepada
beliau pada hari yang sangat dingin
dan wahyu itu terputus dari beliau sedang dahi
beliau mengalirkan keringat"
3. Aisyah r.a. berkata, wahyu yang pertama kepada Rasulullah saw.
adalah mimpi yang baik di
dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi
melainkan akan menjadi kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar bersunyi.
Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni beribadah beberapa
malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal seperti biasanya sehingga
datanglah kepadanya kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah malaikat seraya berkata,
'Bacalah!' Beliau berkata, 'Sungguh saya tidak
dapat membaca. Ia mengambil dan
mendekap saya sehingga saya lelah.
Kemudian ia melepaskan saya,
lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka,
saya berkata,
'Sungguh saya tidak dapat membaca:'
Lalu ia mengambil dan mendekap saya
yang kedua kalinya, kemudian ia
melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!'
Maka, saya berkata, 'Sungguh saya tidak
bisa membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang ketiga kalinya, kemudian ia melepaskan
saya.
Lalu ia membacakan,
"Iqra' bismi
rabbikalladzi khalaq { dan seterusnya hingga ayat ke-5 ). Lalu Rasulullah saw.
pulang dengan membawa ayat itu dengan perasaan hati yang gemetar.
Lalu, beliau masuk menemui
Khadijah binti Khuwailid, lantas beliau
bersabda,
'Selimutilah saya, selimutilah
saya!' Maka, mereka menyelimuti beliau sehingga keterkejutan beliau hilang. Beliau bersabda dan menceritakan kisah
itu kepada Khadijah, 'Sungguh saya takut atas diriku.' Lalu Khadijah
berkata kepada beliau, 'Jangan
takut (bergembiralah, maka) demi
Allah, Allah tidak akan menyusahkan engkau
selamanya. (Maka demi Allah), sesungguhnya
engkau suka menyambung persaudaraan (dan berkata benar), menanggung beban dan
berusaha membantu orang yang tidak punya,
memuliakan tamu, dan menolong penegak kebenaran.' Kemudian
Khadijah membawa beliau pergi kepada
Waraqah bin Naufal bin Asad bin
Abdul Uzza (bin Qushai, dan dia
adalah) anak paman Khadijah. Ia (Waraqah)
adalah seorang yang memeluk agama
Nasrani pada zaman jahiliah. Ia dapat
menulis tulisan Ibrani, dan ia menulis Injil dengan bahasa
Ibrani (dalam satu riwayat: kitab berbahasa Arab. dan dia menulis Injil dengan bahasa
Arab) akan apa yang dikehendaki Allah untuk
ditulisnya. Ia seorang yang sudah
sangat tua dan tunanetra. Khadijah
berkata, Wahai putra pamanku,
dengarkanlah putra saudaramu!'
Lalu Waraqah berkata kepada beliau, Wahai
putra saudaraku, apakah yang engkau lihat?' Lantas Rasulullah saw: menceritakan
kepadanya tentang apa yang beliau
lihat. Lalu Waraqah berkata kepada beliau, 'Ini adalah wahyu yang diturunkan
Allah kepada Musa! Wahai sekiranya saya
masih
muda, sekiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu....'
Lalu Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah mereka akan mengusir saya?'
Waraqah menjawab, 'Ya, belum
pernah datang seorang laki-laki yang
(membawa seperti apa yang engkau bawa
kecuali ia ditolak (dalam
satu riwayat: disakiti / diganggu). Jika saya masih menjumpai masamu,
maka saya akan menolongmu
dengan pertolongan yang tangguh.' Tidak lama kemudian Waraqah
meninggal dan wahyu pun bersela, [sehingga Nabi saw. bersedih hati
karenanya - menurut riwayat
yang sampai kepada kami - dengan kesedihan
yang amat dalam yang
karenanya berkali-kali beliau pergi
ke puncak-puncak gunung untuk menjatuhkan
diri dari sana. Maka, setiap kali beliau sudah sampai di puncak dan hendak menjatuhkan dirinya, Malaikat
Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya berkata, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah Rasul
Allah yang sebenarnya.' Dengan demikian,
tenanglah hatinya dan mantaplah jiwanya. Kemudian beliau kembali pulang. Apabila
dalam masa yang lama tidak
turun wahyu, maka beliau pergi ke gunung seperti itu lagi. Kemudian setelah
sampai
di puncak, maka Malaikat Jibril
menampakkan diri kepada beliau seraya
berkata seperti yang dikatakannya pada peristiwa
yang lalu - ialah yang mengetahui rahasia
sesuatu
yang tidak diketahui oleh orang lain.
Al-Quran adalah Firman Alloh SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan berbagai macam fungsi, Petunjuk, obat, menyejuk hati, dll.
Buku ini menjelaskan berbagai macam tentang Al-Quran mulai dari turunnya Al-Qur,an Sejarah penulisan, Pencetakan, Al-Qur’an pada zaman Nabi Muhammad SAW, Al-Quran pada zaman Khalifah, dan hal lainnya yang menjadikan kita kenal lebih jauh tentang Al-Qur’an yang mungkin kita lebih sering hanya sekedar membacanya saja.
Sesuatu yang kita kenal akan terasa tidak berarti jika kita tidak memahami sesuatu hal tersebut, disinilah saya menyusun penjelasan tersebut agar kita bisa paham tentang Al-Qur’an, Bagaimana Al-Quran bisa memberikan solusi & rezeqi , bagaimana Al-Qur’an menjawab berbagai macam pertanyaan tentang Aqidah, Ibadah dan muamalah, hal tersebut yang di jelaskan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam buku ini.
Mudah-mudahan melalui buku ini kita bisa mengenal juga memahami Al-Qur’an yang merupakan petunjuk kehidupan bagi kita dari sang pencipta kehidupan yaitu Allah SWT.
#mengenaldanmemahamialquran
#mengenaldanmemahamial-qur'an
#mengenalal-qur'an
#memahamial-qur'an
#mengenalalquran
#memahamialquran
Brikut adalah Tafsir Q.S Al-Fatir Ayat 29. Tentang Perniagaan yang tidak akan merugi.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia'
29-30. Sesungguhnya orang-orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya, menjaga shalat pada waktunya, menafkahkan dari apa yang Kami rizkikan kepada mereka dengan berbagai bentuk nafkah, baik yang wajib maupun yang dianjurkan, secara rahasia dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan dengan itu sebuah perniagaan yang tidak merugi dan tidak binasa, yaitu ridha Allah kepada mereka, keberuntungan meraih pahalaNya yang agung, Agar Allah memberikan pahala amal kebaikan mereka secara sempurna tanpa dikurangi, dan melipatgandakan kebaikan-kebaikan dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap keburukan-keburukan mereka, juga Maha membalas dengan kebaikan-kebaikan mereka dan memberi mereka balasan yang besar.
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
29-30. Pada ayat ini Allah menyebutkan sebagian tanda orang yang takut kepada-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, yakni Al-Qur'an, lalu mereka mengkaji dan mengamalkan kan-dungannya, dan melaksanakan salat dengan sempurna syarat dan rukunnya, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada-Nya dengan diam-diam dan terang-terangan, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, mereka itu mengharapkan perdagangan dengan Allah yang tidak akan pernah rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah maha pengampun segala khi-laf dan dosa, maha mensyukuri, yakni memberi pahala atas perbuatan baik hamba-Nya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya, dan sebagainya.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
29. Sesungguhnya orang-orang yang terus membaca Al-Qur’an, melaksanakan shalat pada waktunya dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, dan menginfakkan sebagian dari rejeki yang diberikan Allah secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan berupa zakat dan sedekah itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi dari amal mereka itu
Referensi: https://tafsirweb.com/7895-quran-surat-fatir-ayat-29.html
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Mengenai makna hadits di atas, Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata maknanya adalah berharap pada Allah (raja’) dan meminta ampunannya” (Syarh Shahih Muslim, 17:3).
Husnuzhan kepada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam doa. Ketika kita berdoa pada Allah kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya doa dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya doa. Karena ingatlah bahwasanya doa itu begitu ampuh jika seseorang berhusnuzhan kepada Allah. Jika seseorang berdoa dalam keadaan yakin doanya akan terkabul, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اُدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
UMRAH PASTI MAMPU!!!!! 🕋🕋 Di Tanur Ada program keren namanya Easy Umrah apa aja sih easy nya klo anda mau umrah DI TANUR cekidottt 👇 1....