Abdullah bin Abbas (عبد الله بن عباس, ca. 619 - Thaif, ca. 687 (68 H)) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad sekaligus saudara sepupunya. Nama Ibnu Abbas (ابن عباس) juga digunakan untuknya untuk membedakannya dari Abdullah yang lain.
Ibnu Abbas merupakan salah seorang sahabat yang berpengetahuan luas, sangat banyak hadih yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas, beliau juga merupakan kakek dari n Imam Muhammad al-Abbasi yang menjadi ayah dari satu Imam Revolusi Abbasiyah, yakni Ibrahim al-Imam dan dua Khalifah dari Kekhalifahan Abbasiyah, yakni Abu Abbas Abdullah As-Saffah dan Abu Ja'far Abdullah Al Mansur. Ibnu Abbas lahir saat Nabi sudah 10 tahun menjalankan dakwah dan sedang diblokasi ekonomi oleh Quraisy.
Nasab
Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr[1] bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim[2][3][4]
Biografi
Keluarga
Dia merupakan anak dari keluarga yang kaya dari perdagangan bernama Abbas bin Abdul-Muththalib, maka dari itu dia dipanggil Ibnu Abbas, anak dari Abbas. Ibu dari Ibnu Abbas adalah Ummu al-Fadl Lubaba, yang merupakan wanita kedua yang masuk Islam, melakukan hal yang sama dengan teman dekatnya Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad.[5]
Ayah dari Ibnu Abbas dan ayah dari Muhammad merupakan anak dari orang yang sama, Syaibah bin Hâsyim, lebih dikenal dengan nama Abdul-Muththalib. Ayah orang itu adalah Hasyim bin Abdulmanaf, penerus dari Bani Hasyim klan dari Quraisy yang terkenal di Mekkah. Ibnu Abbas juga memiliki seorang saudara bernama Fadl bin Abbas
Saat Ibnu Abbas masih dalam kandungan, Nabi meminta pada ibunya agar membawanya saat lahir. Ketika lahir Nabi sendiri yang memberikannya nama Abdullah, "engkau akan melihatnya sebagai orang yang cerdas," kata Nabi pada Ummu Fadl.
Doa Nabi
Nabi Saw mendoakan Ibnu Abbas kecil yang menyediakan wudlu Nabi di tengah malam :
"Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu."
Pandangan Sahabat
Sa’ad bin Abi Waqqash melukiskannya dengan kalimat-kalimat seperti ini :
"Tak seorang pun yang kutemui lebih cepat mengerti, lebih tajam berfikir dan lebih banyak dapat menyerap ilmu dan lebih luas sifat santunnya dari Ibnu Abbas.
Dan sungguh, kulihat Umar memanggilnya dalam urusan-urusan pelik, padahal sekelilingnya terdapat peserta Badar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Maka tampillah Ibnu Abbas menyampaikan pendapatnya, dan Umar pun tak hendak melampaui apa katanya!”
Ketika membicarakannya, Ubaidillah bin ‘Utbah berkata:
“Tidak seorang pun yang lebih tahu tentang Hadits yang diterimanya dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam daripada Ibnu Abbas.
Dan tak kulihat orang yang lebih mengetahui tentang putusan Abu Bakar, Umar dan Utsman dalam pengadilan daripadanya … ! Begitu pula tak ada yang lebih mendalam pengertiannya daripadanya.
Ibnu Mulaikah berkata,"Aku menemani Ibnu Abbas dari Mekkah ke Madinah, maka ketika dia singgah, dia tidak meninggalkan shalat di sebagian malamnya. Ia membaca surat alQaf ayat 19 tentang sakaratul maut hingga ia menangis."[2]
Masa Fitnah
Ibnu Abbas mendukung Ali bin Abi Thalib saat konflik dengan Muawiyah.
Bahkan ia berhasil membuat 20.000 Khawarij bertaubat setelah mendapatkan penjelasan dari Ibnu Abbas, tentang kekecewaan mereka pada Ali dan Muawiyah.[6]
Ibnu Abbas mengingatkan Husain bin Ali agar tidak pergi ke Karbala, namun Husain tetap berangkat. Beliau bersedih mendengar kabar kematian Husain.
Wafat
Ibnu Abbas wafat pada tahun 68 H dalam usia 71 tahun. Dari Ibnu Jubair menceritakan, bahwa Ibnu Abbas wafat di Thaif.
Ketika Ibnu Hanafiyah menguburkan Ibnu Abbas, ia berkata,"Hari ini telah wafat cendekiawan umat ini."[7]
Sumber www.id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar