Surah Al An’am adalah surah keenam setela Surah An Nisa, terdiri dari 166 ayat dan 20 ruku, kemudian apa saja isi kandungan Surah Al An’am? Berikut ini uraian lengkapnya:
Ikhtisar Surah
Surah Al An’am termasuk surah Makiyah atau diturunkan di Makkah. Menurut kebanyakan riwayat seluruh Surah ini diwahyukan sekaligus.
Sebagaimana diriwayatkan oleh beberapa pakar hadits, ketika Surah ini diturunkan ada sebanyak 70.000 malaikat menjaganya; hal demilkian menunjukkan adanya perlindungan istimewa diberikan kepada isi Surah ini.
Surah ini diberi nama Al An’am yang artinya binatang ternak, tercanum dalam pada ayat 137 – 139.
Isi Kandungan Surah Al An’am
Dalam Surah ini nampak ada satu perubahan dalam penyajian pokok pembahasan dari penyajian yang dipakai dalam Surah-surah terdahulu. Untuk lengkapnya berikut ini isi kandungan Surah Al An’am dalam tiap rukunya.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-1, Ayat 1-11
Isi kandungan ruku pertama Surah Al An’am mengandung sangkalan terhadap agama Zoroaster yang percaya akan dwi ketuhanan – dua tuhan yang berlainan – Ormuzd (tuhan cahaya/kebaika) dan Ahriman (tuhan kegelapan/kejahatan).
Al Quran mengupas ajaran ini dengan menyatakan bahwa kedua kekuatan berbuat baik dan jahat itu, pada hakikat nya, adalah dua mata rantai – yang satu tidak menjadi lengkap tanpa yang lainnya; maka kekuatan-kekuatan itu tidak dapat dikatakan telah diciptakan oleh dua tuhan yang ber lainan.
Cahaya dan kegelapan sebenarnya adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang itu juga, dan adanya cahaya dan kegelapan itu sesungguhnya merupakan dalil yang kuat atas kebenaran Tauhid Ilahi dan mempunyai pertalian yang khas dengan kejadian menusia dan kekuatan-kekuatan serta kemampuan-kemampuan alaminya.
Allahswt adalah Pencipta seluruh langit dan bumi, dan Dia juga Pencipta terang dan gelap; oleh karena segala kekuatan dan pujian itu kepunyaan Dia, maka apa gunanya bagi Dia melimpahkan kekuatan-kekuatan-Nya dan mempercayakan sebagian karya-Nya kepada wujud-wujud lain?
Kemudian, suatu bukti yang penting mengenai ilmu dan kekuasaan Tuhan ialah nubuatan-nubuatan (kabar-kabar gaib) yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya dan pertolongan serta bantuan yang dilimpahkan-Nya kepada mereka, waktu menghadapi serangan musuh yang jauh lebih kuat. Itulah yang disebut Tanda-tanda
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-2, Ayat 12-21
Isi kandungan ruku kedua Surah Al An’am diantaranya yaitu Allahswt mengajak umat manusia untuk mempelajari sejarah manusia dimasa lalu suka yang menentang perintah Allah Ta’ala atau menolak utusanNya, seperti apa kehidupan mereka.
Ruku ini membahas masalah yang penting, bahwa kejahatan itu lahir dari salah penggunaan kemampuan-kemampuan yang diberikan Allahswt dan manakala manusia berhenti menggunakan sebaik-baiknya kemampuan-kemampuan itu, Allahswt membangkitkan seorang nabi untuk mengajar mereka pemakaian yang tepat.
Sesudah itu dinyatakan bahwa penangguhan turunnya hukuman Tuhan atas orang-orang kafir acapkali membuat mereka lebih angkuh, sungguhpun penangguhan itu selalu disebabkan oleh kasih-sayang Allahswt.
Oleh karena segala benda di langit maupun di bumi itu kepunyaan Allah, musuh-musuh keimanan pun kepunyaan Dia. Tak ada seorang pun sudi membinasakan hasil karya tangannya sendiri, lebih-lebih lagi halnya Allahswt, Dia Maha Penyayang dan memberikan tenggang waktu kepada orang-orang kafir, agar mereka dapat bertobat dan dikasihani.
Allahswt memberi peringatan keras kepada umat manusia agar berhati-hati jangan membangkang terhadap perintahNya.
Sifat Tuhan Al-Qahir menolak teori bahwa benda adan ruh hidup berdampingan dengan Tuhan dan tidak diciptakan oleh Tuhan. Jika mereka tidak diciptakan oleh Tuhan, maka Dia tidak punya hak atau kekuasaan untuk menundukkan atau menguasai mereka.
Seorang nabi, atau apa pun yang bertalian dengan keimanan pada permulaannya tidak diakui. Nabi hanya diakui dan dikenal sebagaimana seorang ayah mengenal anaknya, lebih merupakan kemungkinan daripada kepastian yang mutlak. Iman selalu harus dimulai di dalam alam gaib.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-3, Ayat 22-31
Isi kandungan ruku ketiga Surah Al An’am adalah jika seseorang mengaku berbicara atas nama Tuhan dan mengada-ada dusta terhadap-Nya, ia hanya akan mengakhiri hidupnya dalam kegagalan total dan kehancuran belaka. Demikian juga, mereka yang menentang Utusan Tuhan tak pernah diberi peluang untuk mencapai kemajuan dan usaha-usaha mereka untuk menahan atau menghambatnya akan berakhir dalam kegagalan total.
Kemudian, musuh nabi-nabi Allah pun mempunyai suatu kesadaran dalam hati mereka tentang kebenaran utusan-utusan Ilahi; akan tetapi, disebabkan terlalu lekat kepada kepercayaan sendiri dan keras kepala, mereka berusaha menekan pikiran-pikiran mereka yang terpendam yang di usahakan mereka menyembunyikannya di dalam kehidupan ini, akan menjadi kenyataan dan kebenaran nabi-nabi yang tentang itu mereka mempunyai pengetahuan yang samar-samar, akan menjadi nampak jelas.
Mereka menganiaya nabi mereka serta pengikut-pengikutnya, karena berpegang pada harapan semu bahwa dengan jalan itu, mereka akan berhasil melemahkan iman orang-orang mukmin; tetapi, keimanan orang-orang mukmin senantiasa tangguh dan gigih, kendatipun dihimpit oleh musibah dan penderitaan sepahit-pahitnya.
Sedangkan orang-orang kafir segera melepaskan kepercayaan-kepercayaan syirik mereka sendiri, manakala nasib malang menimpa diri mereka.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-4, Ayat 32-42
Isi kandungan dari ruku keempat dari surah ini diantaranya adalah bahwa, orang-orang kafir pada akhirnya mereka akan menyadari kesalahan mereka dan menyesali usaha mereka dalam menetang para Nabi-Nya.
Kemudian, Rasulullahsaw dipenuhi oleh rasa kasih sayang yang berlimpah-limpah. Beliau tidak menjadi kalut oleh apa yang dikatakan orang-orang kafir tentang beliau. Beliau bersedih hati, bukan karena orang-orang kafir menuduh beliau palsu, melainkan karena penolakan terhadap Tanda-tanda Allahswt itu mereka telah menutup sendiri pintu rahmat Ilahi.
Dengan cinta kasih, Allahswt berbicara kepada Rasulullahsaw memakai kata-kata rayuan dan pelipur lara. Dikatakan kepada beliau bahwa nabi-nabi sebelum beliau pun ditolak, dicaci maki, dan diejek.
Takdir Ilahi ini tidak mengalami perubahan, yaitu, pertolongan Tuhan datang kepada nabi-nabi Allah dan musuh mereka ditimpa kesedihan. Terdapat dua golongan manusia, pertama, Mereka yang baik dalam hati dan mendengarkan serta siap menerima kebenaran. Kedua, mereka yang nampaknya telah mati, tetapi mampu hidup kembali secara rohaniah.
Bahwa burung-burung dan serangga-serangga, seperti semut dapat mengerti dari perubahan cuaca bahwa angin taufan pasti akan datang dan binatang-binatang seperti anjing mengerti perintah-perintah tuannya, akan tetapi, orang-orang kafir yang malang itu tidak melihat Tanda-tanda yang nyata dan tidak menyadari bahwa dengan menolak Rasulullahsaw mereka mendapat murka Tuhan.
Mereka diperingatkan bahwa segala perbuatan mereka telah direkam dan mereka harus mempertanggungjawabkannya nanti.
Kemudian Allahswt menunjukkan dua golongan manusia, (1) Mereka yang bagaikan binatang-binatang yang semuanya membungkuk ke tanah dan seluruh kehidupan mereka dilewatkan hanya untuk melampiaskan nafsu jasmani mereka semata. (2) Mereka yang laksana burung terbang tinggi ke cakrawala kerohanian, wujud-wujud yang tinggi kerohaniannya dimisalkan seperti burung-burung dalam Al Quran (3: 50).
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-5, Ayat 43-49
Isi kandungan ruku kelima dalam ruku ini diantranya yaitu, Allahswt telah mengutus nabi-nabi kepada tiap-tiap umat dimasa lalu, bagi mereka yang beriman, Allah berikan ganjarannya dan bagi mereka yang menolak nasib buruk telah menimpa mereka.
Orang-orang yang yang mendapatkan azab ilahi karena penolakan mereka seharusnya mereka menyadari kesalahannya dan beriman, sayangnya mereka tidak berbuat demikian.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-6, Ayat 52-56
Isi kandungan ruku keenam dari Surah Al An’am diantaranya adalaha perintah agar menyeru orang-orang yang memiliki rasa takut kepada Tuhan, ajakan kepada mereka dengan cara yang baik, tidak perlu dilakukan dengan kekerasan dan paksaan.
Rasulullahsaw dan orang-orang beriman hanya diberi kewajiban untuk menyampaikan saja, jika mereka tidak beriman pada akhirnya itu tanggung jawab mereka sendiri.
Pada umumnya kehadiran orang-orang miskin di tengah-tengah masyarakat kaum beriman, merupakan ujian dan penghalang bagi orang-orang kaya untuk meneriman kebenaran.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-7, Ayat 57-61
Isi kandungan ruku ketujuh Surah Al An’am diantaranya adalah, bahwa keputusan untuk menurunkan azab atas orang-orang kafir tidak diserahkan ke tangan Rasulullahsaw sebagaimana dituntut oleh mereka.
Jika demikian halnya sudah lama mereka akan menemui ajal mereka, lalu barangkali banyak dari orang-orang yang dahulunya merupakan musuh Islam seperti Umar dan Khalid yang kemudian ditakdirkan memainkan peranan penting dalam melebarkan sayap serta menegakkan kekuasaan Islam niscaya akan meninggal dunia dalam keadaan kafir.
Akan tetapi, oleh karena Tuhan itu Maha Kuasa, Dia lambat sekali menghukum dan karena mengetahui sepenuhnya tentang gerak-gerik batin manusia maka Dia mengetahui bila dan siapa yang harus dihukum.
Allahswt sendiri mengetahui betapa jauh kesukaran-kesukaran atau kesenangan-kesenangan dapat mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia, dan apakah mungkin jadi hapus atau sia-sia oleh bekerjanya sebab-sebab lain. Dia Sendiri mengetahui benih-benih kebaikan yang tertanam di dalam hati manusia dan mengetahui apakah mungkin atau tidak, benih-benih itu akan bersemi lalu tumbuh dan berkembang subur lalu menghasilkan buah.
Hanya Allahswt Sendiri Yang dapat mengatakan apakah seseorang yang nampaknya “kering” dan “kosong dari segala kehidupan rohani” akan menjadi “hijau” bila siraman air ataukah ia “mati” dan tak bisa dihidupkan lagi.
Singkatnya, hanya Tuhan Yang mempunyai pengetahuan sepenuhnya tentang yang tersembunyi, karena itu hanya Dia Sendiri pula Yang dapat mengatakan siapa harus dihukum dan siapa tidak.
Kemudian, hanya Allahswt sendiri yang mengatahui keadaan manusia di waktu malam dan perbuatan-perbuatannya di waktu siang, dan semua waktu ada di bawah pengawasan-Nya. Oleh karena itu hanya Dia Sendiri juga yang mengetahui tabiat sebenarnya orang yang saleh dan yang jahat. Maka, sebagai akibatnya, hanya Dia Sendiri pula Yang berwenang menghukum.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-8, Ayat 62-71
Isi kandungan ruku kedelapan dari Surah Al An’am diantaranya adalah bahwa alasan lainnya mengapa Tuhan Sendiri Yang berhak menghukum yaitu, AllahswtQaahir, yakni Maha Gagah-perkasa dan Berkuasa atas segala sesuatu; oleh karena itu Dia dapat menghukum makhluk-makhluk-Nya sesuai dengan pengeta huan-Nya yang tak kenal salah itu manakala Dia menganggap tepat. Wujud-wujud yang gagah perkasa tidak pernah terburu-buru menghukum.
Allah yang berkuasa menurunkan azab dari atas atau dari siksaan dari bawah. “Azab dari atas” maknanya kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan, penindasan terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat, penderitaan mental dan sebagainya, dan “siksaan dari bawah” berarti penyakit-penyakit, wabah, pemberontakan orang-orang bawahan, dan sebagainya.
Kemudian ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perecahan dan perselisihan yang kadang-kadang berakhir dalam perang saudara.
Allahswt, sesuai dengan hikmah-Nya yang tak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. Maka azab yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang menolak kebenaran akan datang juga pada saatnya yang tepat.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-9, Ayat 72-83
Isi kandungan ruku kesembilan Surah Al An’am diantaranya yaitu, misal keadaan orang musyrik dengan keadaan orang kebingungan yang tidak punya arah tertentu yang akan dituju.
Orang mukmin sejati mempunyai maksud tertentu dan tujuan tertentu pula dalam kehidupannya. Ia selamanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan keyakinan mendalam dan tidak melantur seperti orang musyrik yang kebingungan.
Selanjutnya memaparkan kepalsuan ajaran-ajaran musyrik dengan mengemukakan peristiwa tukar pikiran yang dilakukan Nabi Ibrahimas dengan kaumnya; kemudian disebutkannya rahmat dan karunia yang dilimpahkan Tuhan kepada beliau serta keturunannya; sebab, mereka berjuang keres untuk menegakkan kebenaran di atas dunia.
Allahswt melimpahkan kepada Nabi Ibrahimas pengetahuan dan pengertian tentang hukum-hukum alam yang berlaku di alam semesta ini dan melimpahkan ilmu tentang kekuatan serta kekuasaan Tuhan Yang meliputi segala-galanya.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-10, Ayat 84-91
Isi kandungan ruku kesepuluh dari Surah Al An’am yaitu bahwa keimanan Nabi Ibrahimas semenjak dini telah jelas dan teguh kepada Tauhid Ilahi dan bahwa apa yang dikatakan beliau berkenaan dengan matahari, bulan, dan sebagainya merupakan sebagian dari hujjah yang telah diajarkan Tuhan kepada beliau.
Setiap nabi tidak diberi Kitab masing-masing. “memberi Kitab” itu ungkapan yang dipergunakan dalam Al Quran, pada umumnya dalam artian, memberi Kitab melalui seorang nabi pembawa syariat. Di tempat lain dalam Al Quran (45: 17) dikatakan bahwa tiga hal, yaitu, Kitab, kedaulatan dan kenabian diberikan kepada semua keturunan Bani Israil.
Dalam 5:45 kita baca bahwa satu rangkaian nabi, datang sesudah Nabi Musaas tidak diberi syariat baru, melainkan mengikuti syariat yang diberikan dalam Taurat dan menjalankan hukum dengan syariat itu.
Sebenarnya, nabi-nabi itu ada dua golongan: pertama, nabi-nabi pembawa syariat yang kepada mereka masing-masing diberikan sebuah Kitab (hukum atau syariat). Kedua, nabi-nabi yang tidak diberi Kitab atau syariat, tetapi mengikuti syariat nabi pembawa syariat sebelumnya.
Kata-kata, “Kami beri mereka Kitab “ berarti bahwa mereka diberi pengetahuan tentang Kitab atau mereka mewarisi Kitab atau syariat nabi pembawa syariat yang mendahuluinya.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-11, Ayat 92-95
Isi kandungan ruku kesebelas dari Surah Al An’am diantara, seandainya Al Quran ini tidak diwahyukan oleh Allahswt, maka siapakah yang memasukkan ke dalamnya ajaran-ajaran yang bijak dan padat, ajaran-ajarannya di luar kesanggupan manusia untuk menghasilkannya. Hanya Tuhan dapat memberikan ajaran-ajaran demikian.
Kemudian, orang-orang Yahudi disalahkan, karena mereka mengemukakan sebagian Taurat dan menyembunyikan bagian lain yang mengandung nubuatan-nubuatan dan tanda-tanda tentang kedatangan Rasulullahsaw.
Yang percaya kepada kehidupan akhirat, harus percaya kepada Al Quran juga. Oleh karena itu, beriman kepada Al Quran dan beriman kepada akhirat itu bertalian erat; yang satu tidak ada artinya tanpa yang lain.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-12, Ayat 96-101
Isi kandungan ruku kedua belas dari Surah Al An’am diantaranya bahwa, perhatian ditarik kepada benih yang darinya tanaman tumbuh. Betapa tiada artinya benih; tapi, betapa benih itu tumbuh dan berkembang menjadi pohon besar. Seperti halnya benih, demikian pula halnya manusia, mampu berkembang menjadi penerima wahyu Ilahi dan menjadi ceminan sifat-sifat agung Allah Taala.
Persis seperti di alam jasmani, matahari dan bulan, mutlak diperlukan sebagai pengukur waktu dan selaku sumber cahaya, begitu pulalah para nabi diperlukan di alam kerohanian.
Seperti bintang-bintang yang memberi bimbingan kepada para musafir di waktu malam, demikian halnya para ulama rabbani dan wujud-wujud rohani pun, memberikan penyuluhan kepada orang-orang yang sesat dan meraba-raba dalam kegelapan dalam rohani.
Allahswt telah mengembangbiakkan umat manusia, Dia telah menetapkan bagi mereka, bukan hanya suatu masa tinggal di atas bumi, melainkan juga kehidupan kekal sesudah alam kubur, tempat orang-orang saleh akan menjumpai Tuhan mereka. Sungguh tujuan yang luhur dan mereka dapat menjangkau tujuan itu, hanya di bawah bimbingan utusan-utusan Ilahi.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-13, Ayat 102-111
Isi kandungan surah Al An’am ruku ketiga diantara yaitu bahwa, manusia dapat memperoleh anak hanya apabila mempunyai istri. Tuhan tidak mempunyai istri, maka dari itu Dia tidak mempunyai anak. Lebih-lebih, karena Tuhan itu Pencipta segala sesuatu dan memiliki pengetahu an yang sempurna, maka Dia tidak memerlukan anak, untuk membantu-Nya atau menjadi penerus-Nya.
Kemudian, akal manusia sendiri, tanpa pertolongan wahyu Ilahi, tidak bisa menghayati pengertian mengenai Tuhan. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata jasmani, tetapi Dia menampakkan Diri-Nya kepada manusia, melalui nabi-nabi-Nya atau melaui bekerjanya sifat-sifat-Nya. Dia pun nampak kepada mata rohani.
Tugas seorang nabi terbatas pada penyampaian apa yang diwahyukan Allahswt kepadanya. Bukanlah urusan nabi memaksa orang-orang menerimanya. Secara tidak langsung ini merupakan satu sanggahan terhadap tuduhan bahwa Islam mendorong atau membenarkan penggunaan kekerasan untuk penyebaran ajarannya.
Allahswt telah menciptakan sifat manusia sedemikian rupa, bahwa bila ia gigih dalam melakukan tindakan tertentu, ia memperoleh perasaan suka pada tindakannya, dan perbuatannya mulai nampak bagus dalam pandangannya. Sesuai dengan hukum umum Ilahi ini kaum musyrikin dan penyembah berhala akhirnya mengidap kesukaan akan kemusyrikan dan penyembahan berhala, sehingga kebiasaan itu nampak kepada mereka baik dan bermanfaat.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-14, Ayat 112-122
Isi kandungan ruku keempat belas yaitu bila suatu umat yang secara rohani sudah mati, dihidupkan kembali untuk memperoleh kehidupan rohani baru oleh ajaran nabi mereka, kelahiran-baru rohani mereka itu seakan-akan berbicara kepada orang-orang kafir dan memberikan persaksian terhadap kebenaran da’wanya itu.
Kata-kata manusia dan jin yang terdapat pada banyak tempat dalam ayat-ayat Alquran bukan berarti ada dia sejenis makhluk Allah yang berlainan melainkan dua golongan makhluk manusia.
Pertama, “Manusia “ mengisyaratkan kepada orang-orang awam atau rakyat jelata, dan yang kedua “jin “ dikatakan kepada orang-orang besar yang biasa hidup memisahkan diri dari rakyat jelata dan tiak berbaur dengan mereka, boleh dikatakan tinggal tersembunyi dari penglihatan umum.
Al Quran sendiri memberikan kesaksian terhadap kebenaran Rasulullahsaw. Al Quran mengandung ajaran-ajaran yang sungguhpun berlawanan dengan pendapat-pendapat dan kepercayaan-kepercayaan yang populer saat itu, namun orang-orang yang sehat akalnya, terhadap siapa ajaran-ajaran ini dibacakan dan diterangkan, terpaksa mengakui bahwa ajaran-ajaran itu memang masuk akal.
Dalam perkara keimanan bukanlah mayoritas maupun minoritas yang dapat diterma sebagai hakim atas apa yang benar atau salah. Hanya Tuhan-lah Hakim Yang tidak bisa salah. Dia memberi keputusan-Nya dengan menunjukkan Tanda-tanda dari langit dan membantu golongan yang mengikuti jalan kebenaran.
Orang-orang mukmin diperintahkan memakan makanan yang bersih di sini guna menguatkan keimanan mereka dan membersihkan hati mereka dari kekotoran.
Sebab dilarangnya makan bangkai binatang-binatang atau yang tidak disembelih secara sepatutnya, tanpa mengucapkan nama Allah. Pengucapan nama Tuhan menimbulkan dampak pengudusan terhadap hati orang, dengan demikian meniadakan pengaruh kekerasan yang mungkin ditimbulkan oleh kebiasaan membunuh binatang itu.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-15, Ayat 123-130
Isi kandungan Surah Al An’am ruku kelima belas yaitu, disebutkan bahwa ajaran-ajaran yang direka manusia tidak dapat melawan ajaran-ajaran Tuhan. Adapun mereka yang merancang undang-undang dengan pertolongan akal manusia sendiri, sama halnya seperti orang yang meraba-raba dalam gelap dan tidak dapat keluar dari sana.
Dia menganggap perintah-perintah Ilahi sebagai beban dan dihadapkan kepada kesukaran jasmani dan kesulitan mental dalam melaksanakannya seolah-olah dadanya meyempit seperti orang sedang menaiki pendakian terjal.
Sebagaimana halnya orang lemah tidak menerima kebenaran karena takut akan orang-orang besar, seperti itu pula halnya orang-orang besar kadang-kadang takut akan pengikut-pengikut mereka dan tidak menerima kebenaran karena takut kalau-kalau para pengikut mereka akan meninggalkan mereka.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-16, Ayat 131-141
Isi kandungan Surah Ali Imran ruku keenam belas diantaranya yaitu, Allah tidak pernah menurunkan azan yang bersifat umum sebelum Dia terlebih dahulu memperingatkan umat-manusia tentang azab yang sedang mengancam dengan membangkitkan seorang Juru-ingat.
Azab yang disebut di sini ialah azab yang bersifat umum seperti : gempa bumi, peperangan yang membinasakan, wabah, dan sebagainya yang melanda seluruh kaum.
dikemukakan tantangan kepada kaum musyrikin Mekkah untuk berbuat hal-hal yang seburuk-buruknya dan menggunakan sehabis-habis tenaga dan sumber-sumber daya mereka untuk mengikis habis Islam dan menghancurkan Jamaah Muslim yang kecil itu, namun mereka akan sama sekali gagal dalam rancangan-rancangan dan upaya-upaya jahat mereka.
Satu kebiasaan syirik orang-orang Arab pada zaman jahilliyah, mereka biasa membagi hasil bumi mereka antara Tuhan dan sembahan-sem bahan mereka. Jika bagian-bagian yang disisihkan untuk sembahan-sembahan mereka di belanjakan untuk tujuan-tujuan lain, maka bagian yang disediakan untuk Tuhan diberikan sebagai sedekah atas nama sembahan-sembahan mereka. Tetapi, jika bagian yang disisihkan untuk Tuhan dibelanjakan untuk maksud-maksud lain, maka bagian yang dipisahkan untuk sembahan-sembahan itu tidak di serahkan kepada Tuhan.
Kebiasaan yang paling keji di kalangan beberapa suku bangsa Arab dalam membunuh atau mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan mereka, atau mempersembahkan mereka sebagai sesajen di mezbah berhala-berhala mereka untuk menolak bencana alam.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-17, Ayat 142-145
Dalam ruku sebelumnya disinggung beberapa kebiasaan syirik atau amalan-amalan dan peraturan-peraturan bodoh yang telah dirancang kaum musyrikin Arab sendiri. Sedang dalam ruku ketujuh belas ini lebih lanjut membeberkan beberapa hukum Ilahi.
Kemudian, memakan barang-barang yang halal merupakan satu cara untuk menjaga diri dari serangan-serangan syaitan.
Kaum musyrikin ditanya apakah mereka hadir waktu Allah melarang makan lembu dan unta. Mereka dituntut supaya mengemukakan pengabsahan dari Tuhan yang menunjukkan bahwa lembu dan unta benar-benar dilarang. Yang demikian ini oleh sebab makan daging lembu dan unta dianggap terlarang oleh beberapa kaum atas dasar Kitab Suci mereka, lembu oleh orang Hindu dan unta oelh beberapa golongan Yahudi.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-18, Ayat 146-151
Isi kandungan surah Al An’am ruku kedelapan belas diantaranya yaitu, peraturan-peraturan yang dibuat oleh kaum musyrikin Arab berkenaan dengan makanan halal dan haram itu serampangan saja, tanpa hikmah apa pun di dalamnya ; sedangkan peraturan-makanan yang ditetapkan oleh Islam didasarkan atas akal dan hikmah.
Pada dasarnya Islam melarang empat barang – tiga atas dasar rijs, yakni, tidak bersih dan najis; dan satu lagi atas dasar fisq –nya, yakni bersifat durhaka (fasiq) dan tidak agamawi.
Tiga hal yang tersebut pertama ialah bangkai, darah yang mengalir waktu binatang disembelih atau dilukai ,dan daging babi. Kesemuanya ini seperti dikatakan oleh ayat itu, adalah rijs (tidak bersih dan najis); yaitu, barang itu merugikan kepada jasmani dan kesehatan manusia. Rijs itu harus dikenakan kepada setiap dari ketiga barang yang diharamkan itu.
Barang haram yang keempat ialah, sesuatu yang di atasnya diucapkan nama wujud selain Tuhan. Barang itu fisq (durhaka), yakni sumber ketidaktaatan atau pembangkangan terhadap Tuhan. Makan makanan semacam itu akan merugikan kesehatan rohani manusia dan membunuh perasaan cinta kepada Tuhan dan ghairat (rasa cemburu) demi Dia.
Kemudian, jika Allah telah mengambil keputusan untuk memaksa manusia melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, niscaya Dia telah menyuruh mereka melakukan segala sesuatu yang benar dan tidak menyuruh melakukan segala sesuatu yang salah. Tetapi, sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak terbatas, Dia memberikan kebebasan kepada manusia untuk berpikir dan bertindak. Dia telah menerangkan kepadanya apa yang benar dan apa yang salah lalu membiarkan sebebas-bebasnya mengikuti jalan mana pun yang dipilih sesuka hatinya.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-19, Ayat 152-155
Isi kandungan ruku kesembilan belas dari Surah Al An’am diantaranya yaitu, perlu diperhatikan bahwa perintah-perintah yang menyusul kata ”diharamkan“ itu adalah apa yang Tuhan menyuruh kita melaksanakannya dan bukan apa yang dilarang mengerjakannya. Dengan demikian, yang dilarang itu kebalikan dari apa yang diperin tahkan.
Perintah-perintah itu telah disebut di sini dengan jelas, sedangkan larangannya tidak disebut, tapi tersirat di dalamnya. Jadi, di satu pihak dengan mempergunakan kata “diharamkan“ dan, di pihak lain, dengan mengikutinya atas perintah-perintah yang positip, ayat ini menggabungan di dalamnya perintah-perintah yang langsung dan larangan-larangan.
Sesudah perintah-perintah tentang perlindungan terhadap jiwa, selanjutnya disebutkan perintah melindungi harta.
Setelah perintah menjaga lidah, datang perintah menjaga hati seperti tersirat dalam kata-kata dan sempurnakanlah janji Allahswt; sebab, jika perintah-perintah terdahulu berhunungan dengan perjanjian dengan manusia, maka yang sekarang bertalian janji dengan Tuhan.
Isi Kandungan Surah Al An’am Ruku Ke-20, Ayat 156-166
Isi kandungan ruku kedua puluh dari Surah Al An’am yaitu, Al Quran itu sebuah Kitab wahyu yang mengandung segala ajaran abadi dan mengandung kebenaran-kebenaran kekal yang termaktub dalam Kitab-kitab Suci terdahulu; inilah arti kata mubarak. Jadi, dengan mengikuti Al Quran orang-orang Islam terlepas dari keharusan mencari penyuluhan dari semua Kitab Suci lainnya.
Shalat, korban, hidup, dan mati meliputi seluruh bidang amal perbuatan manusia ; dan Rasulullahsaw disuruh menyatakan bahwa semua segi kehidupan di dunia ini dipersembahkan kepada Tuhan ; semua pengorbanan dilakukan beliau untuk Dia ; segala penghidupan dihibahkan beliau untuk berbakti kepada-Nya ; maka bila di jalan agama beliau mencari maut, itu pun guna meraih keridhaan-Nya.
Terdapat sanggahan keras terhadap ajaran Penebusan Dosa dan secara tegas menarik perhatian terhadap kenyataan bahwa setiap orang harus memikul salibnya sendiri, yaitu, mempertanggu ngjawabkan amal-perbuatannya sendiri. Pengorbanan dari siapa pun sebagai pengganti tidak akan memberi manfaat.
Kaum Muslimin diberitahu bahwa kepada mereka akan dianugerahkan kekuatan serta kekuasaan, dan tugas mengatur urusan bangsa-bangsa akan diserahkan ke tangan mereka. Mereka harus melaksanakan kewajiban mereka dengan tidak berat sebelah dan adil, sebab mereka harus mempertanggungjawabkan tugas kewajiban mereka kepada Wujud Yang Menjadikan mereka. Hal ini terbukti terjadi dimasa kejayaan Islam setelah kewafatan Rasulullahsaw. Wallhu A’lam.
Sumber : bewaramulia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar