(( Menu Halaman )) - (( Qur'an )) (( Hadits ))
  • Al-Qur'an dan Hadits Sebagai Petunjuk Hidup

    Nabi Muhammad saw telah mewariskan 2 hal kepada kita sebagai petunjuk kehidupan apapun yang berkaitan dengan kehidupan, yaitu Al-Qur'an dan Hadits

  • Masalah - Solusi - Sukses

    Ketika kita dihadapi dengan berbagai masalah kehidupan, kita harus mencari solusi untuk sukses.

  • Pondok Pesantren Digital

    Pondok Pesantren Digital adalah Media Belajar Agama Islam secara digital berbasis online yang dapat di akses melalui Smartphone, Laptop ataupun Komputer dengan system khusus

  • Solusi Terbaik Mengatasi Masalah

    Bagaimana kita dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup apapun masalahnya di sini kami beritahu solusi terbaik yang pasti berhasil.

Urutan Ibadah Haji

 


Pergi haji merupakan salah satu kewajiban umat Muslim. Tiap tahunnya, jutaan umat Muslim dari penjuru dunia berkumpul di Arab Saudi untuk melaksanakan haji. 

Apa saja rangkaian ibadah yang berlangsung selama beberapa hari ini. Simak uraiannya di Sketsatorial Rappler Indonesia.

1. Ihram dan niat

Pelaksanaan ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah. Jamaah melakukan ihram dibarengi dengan niat dari tempat asal.

Setelah persiapan, seluruh jamaah haji berteduh di tenda sambil menunggu waktu wukuf di Arafah yang dimulai pada tanggal 9 Dzulhijjah, ketika matahari tergelincir ke barat.

2. Wukuf di Arafah

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, mulai waktu dzuhur sekitar pukul 12 siang hingga matahari terbenam sekitar pukul 6 sore, adalah waktu wukuf. Saat itulah jamaah memohon doa kepada Allah SWT. 

3. Mabit di Muzdalifah

Ketika matahari tenggelam pada hari itu, jamaah meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk menginap (mabit). 

Perjalanan dari Arafah ke Muzdalifah disebut melelahkan dan macet karena jutaan manusia berbondong-bondong menuju ke sana, sambil mengambil kerikil untuk melontar jumrah. 

4. Jumrah Aqobah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah bertolak dari Muzdalifah menuju Mina sebelum matahari terbit untuk melontar Jumrah Aqobah tujuh lontaran.

Setelah merampungkan lontar jumrah, jamaah dilanjutkan bertahallul (mencukur rambutnya), kemudian diperbolehkan menggunakan baju biasa. 

5. Mabit di Mina

Setelah tahallul awal, jamaah kembali Mina untuk menginap minimal 2 hari, yaitu pada tanggal 11-12 Dzulhijjah. 

Disunnahkan melontar jumrah dengan tiga sasaran.

6. Thawaf Ifadah

Setelah merampungkan mabit dan melontar jumrah di Mina, jamaah menuju Mekah untuk melaksanakan Thawaf Ifadah dilanjutkan dengan Sai. 

Bagi yang telah melaksanakan tahallul dan mabit di Mina, berarti rangkaian hajinya rampung bersama dengan pelaksanaan Sai. 

7. Thawaf Wada

Wa’da berarti perpisahan. Setelah menyelesaikan seluruh ritual haji, jamaah melaksanaan thawaf wada sebelum meninggalkan Mekah untuk kembali ke negaranya masing-masing.

Sumber : rappler.com

Share:

Gerhana Bulan

 


sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, umat Islam dianjurkan melakukan salat gerhana, walaupun dalam posisi gerhana bulan sebagian.  Selain itu, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak zikir, doa, istighfar, taubat, sedekah, dan amal-amal kebajikan lainnya. 

Tuntunan Islam saat terjadi Gerhana:

Telah menceritakan kepada kami, Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami, Zaidah berkata, telah menceritakan kepada kami, Ziyad bin ‘Ilaqah, dia berkata:

“Aku mendengar Al-Mughirah bin Syu’bah berkata, “Telah terjadi gerhana matahari ketika wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikan salat hingga (matahari) kembali tampak.” (H.R. Al-Bukhari)

Seperti dikutip Tempo dari laman Kementerian Agama, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umat tuntunan syariat ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, antara lain yaitu:

  1. Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana matahari dan bulan, karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.
  2. Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam Salat Kusuf. Diriwayatkan bahwa dalam salat kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka, bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka.Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai salat gerhana, beliau bersabda, "Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (H.R. Muttafaq alaih).
  1. Menyeru dengan panggilan "Asshalaatu Jaami'ah". Maksudnya adalah panggilan untuk melakukan salat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyerukan "Ashshalaatu Jaami'ah" (H.R. Abu Daud dan al-Nasa'i). Tidak ada azan dan iqamah dalam pelaksanaan salat gerhana. Karena azan dan iqamah hanya berlaku pada salat fardhu yang lima.
  2. Disunnahkan mengeraskan bacaan surat, baik salatnya dilakukan pada siang atau malam hari. Hal ini dilakukan Rasulullah SAW dalam salat gerhana (H.R. Muttafaq alaih).
Demikian tuntutan Rasulullah SAW kepada kita bila menemukan atau melihat peristiwa gerhana, baik gerhana bulan, gerhana bulan total maupun gerhana matahari. 

Sumber : https://ramadan.tempo.co/read/1465921/tuntunan-nabi-muhammad-saw-ketika-terjadi-gerhana-bulan-total
Share:

Do'a untuk pengantin


Berikut adalah
 doa untuk pengantin baru, mulai dari akad nikah hingga menjelang berhubungan intim setelah sah sebagai pasangan suami dan istri.

1. Doa Akad Nikah

Doa untuk pengantin pada saat akad nikah disertai resepsi hendaknya dipanjatkan oleh orang-orang yang menghadirinya, termasuk orangtua, keluarga besar, kerabat, terlebih para ulama dan orang-orang saleh. Doa akad nikah diperbolehkan dengan berbagai doa, namun isinya harus meminta kebaikan dan dilandasi dengan niat yang benar.

Doa dari Rasulullah SAW yang direkam dalam hadis sahih dan diriwayatkan Abu Hurairah berbunyi:

“Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir.”

Artinya: mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik dalam suka maupun duka dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan.

2. Doa Setelah Akad

Setelah sah menjadi pasangan suami dan istri, mempelai pria sangat disarankan untuk memegang ubun-ubun istrinya sambil membaca doa pengantin baru berikut ini:

“Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”

Artinya: ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.

3. Doa Sebelum Berhubungan Intim

Sebelum berhubungan intim, suami istri dianjurkan membaca doa seperti yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA dalam HR. Bukhari No. 6388 dan Muslim No. 1434. Doa yang harus dibaca adalah:

“Allahumma jannibnaasy syaythoona, wajannibisy syaythoona maa rozaqtanaa.”

Artinya: Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.”

4. Doa Mohon Diberi Keturunan

Agar segera dianugerahi momongan oleh Allah, doa untuk pengantin ini harus dibaca oleh pasangan suami istri. Seperti disebutkan dalam QS. As-Shafat: 100 yang berbunyi:

“Robbi hablii minash shoolihiin.”

Artinya: ya Allah, anugerahkanlah kepadaku anak yang saleh.”

Menurut pandangan Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 8:423, tak masalah memanjatkan doa sebagaimana doa Nabi Zakaria AS ketika memohon dikaruniai keturunan. Maka dari itu kamu juga boleh membaca doa dengan lafaz:

“Ya Allah, berilah aku keturunan yang baik, anugerahkanlah aku keturunan yang saleh.”

Tak dilarang juga menggunakan doa-doa yang lainnya karena semua doa bertujuan baik.

Semoga dengan himpunan doa untuk pengantin di atas dapat menambah keberkahan bagi kamu dan pasangan dalam membina rumah tangga. Aamiin.


Sumber : https://www.popmama.com/life/relationship/vidya-diassuryaningrum/doa-untuk-pengantin-yang-menikah-secara-islam/4

Share:

Syarat Terkabulnya Do'a berdasarkan Qur'an dan Hadits

 


Jika ingin do'a kita terkabul kita harus memenuhi syarat-syarat tertentu dalam berdoa. Syarat-syarat tersebut meliputi:

Khusyuk dan ikhlas karena Allah

Sebagai tersebut dalam firman Allah SWT, “Dan bahwasanya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kamu berdoa kepada seorang jua pun di dalamnya disamping berdoa kepada Allah,” (QS. Al-Jin: 18).

Tidak terburu-buru

Hendaknya janganlah mengucapkan, “Aku sudah berdoa dan berdoa berkali-kali, tetapi belum dikabulkan juga oleh Allah.” Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Dikabulkan doa salah seorang di antara kalian, selama tidak terburu-buru. Dia berkata: aku sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan,” (HR. Muslim).

Berdoa tidak untuk dosa

Ataupun memohon sesuatu yang dilarang, sebagaimana hadis berikut, “Senantiasa dikabulkannya doa seorang hamba selama ia berdoa tidak untuk dosa atau memutuskan kekeluargaan,” (HR. Muslim dan Tarmidzi).

Penuh keyakinan

Rasulullah bersabda, “Berdoalah kamu kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doamu pasti akan dikabulkan. Ketahuilah olehmu, bahwasanya Allah tidak akan mengabulkan doa yang keluar dari lubuk hati yang lupa lagi lalai.” Disamping itu hendaknya mengetahui dan memahami makna doa yang dipanjatkan serta senantiasa ingat kepada siapa ia berhadapan. Karena Allah tidak akan menerima doa seorang hamba yang sekedar basa-basi. Jangan ada keragu-raguan dalam hati, misalnya “dikabulkan Allah gak sih doa saya nanti?”

Makan dan minumlah dari yang halal

Allah berfirman, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan dalam ayat lain, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah,” (QS. Al-Baqarah: 172).

Bertakwa kepada Allah

Sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT, “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa’,” (QS. Al-Maidah: 27).

Dengan rendah hati dan bersuara lembut

Firman Allah SWT, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (QS. Al-A’raf: 55).

Jangan memohon sesuatu yang mustahil didapat

Dalilnya adalah surat al-A’raf Ayat 55, seperti diatas. Karena mengharap sesuatu yang muluk-muluk dan tidak masuk akal akan menyebabkan kita menjauh dari Allah.

Diulang tiga kali

Ibnu Mas’ud RA menyatakan, “Adalah para Nabi AS, apabila beliau berdoa, berdoa tiga kali, dan apabila meminta juga meminta tiga kali,” (HR. Muslim). Karena berdoa diulang-ulang tiga kali adalah menunjukkan kesungguhan dalam berdoa atau meminta. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia (benar-benar) berdoa kepada-Ku,” (QS. Al-Baqarah: 186).

Berdo’alah di waktu dan tempat yang mustajab

Sabar dan shalat

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Baqarah: 153).

(Sumber: islampos.com)


Share:

Macam-macam puasa Sunnah beserta Dalilnya



Berikut berbagai macam puasa sunnah beserta niat, keutamaan dan dalilnya :

Puasa Syawal

Berpuasa di bulan Syawal memiliki banyak keutamaan. Yakni seperti berpuasa setahun penuh, mendapat ganjaran sepuluh kali lipat, dan menyempurnakan ibadah. Ada pun hadist yang berisikan tentang keutamaan puasa Syawal adalah sebagai berikut.

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)

Artinya: "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh." (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: "Barangsiapa mengerjakan puasa enam hari bulan Syawal selepas Idul Fitri berarti ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Dan setiap kebaikan diganjar sepuluh kali lipat." (HR. Muslim)

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ : انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: "Amal ibadah yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat adalah shalat. Allah Taala berkata kepada malaikat-sedang Dia Maha Mengetahui tentangnya. Periksalah ibadah shalat hamba-hamba-Ku, apakah sempurna ataukah kurang. Jika sempurna maka pahalanya ditulis utuh sempurna. Jika kurang, maka Allah memerintahkan malaikat: Periksalah apakah hamba-Ku itu mengerjakan shalat-shalat sunnat? Jika ia mengerjakannya maka tutupilah kekurangan shalat wajibnya dengan shalat sunnat itu. Begitu pulalah dengan amal-amal ibadah lainnya." (HR Abu Dawud)

Niat Puasa Syawal

Sama seperti ibadah puasa lainnya, sebelum memulai puasa, ada baiknya untuk mengucapkan niat puasa Syawal dalam hati. Niat puasa Syawal adalah sebagai berikut.

نَوَيْتصَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu sauma ghodin an sittatin min syawalin sunattan lillahi taala."

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Syawwal esok hari karena Allah SWT.”

Selanjutnya ada puasa awal bulan Dzulhijjah. Biasanya puasa sunnah ini dilakukan pada tanggal 1-7 Dzulhijjah setiap tahunnya. Atau ada pula yang mengerjakannya hingga sepuluh hari berturut-turut. Berpuasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dianjurkan karena memiliki banyak keutamaan. 

Puasa Awal Dzulhijjah

Berpuasa sunnah di awal bulan Dzulhijjah memiliki banyak manfaat. Di antaranya mendapat balasan dari Allah SWT, dicintai oleh Allah SWT, dan dijauhkan dari siksa api neraka selama tujuh puluh tahun lamanya. Keutamaan puasa sunnah Dzulhijjah ini sesuai dengan hadits berikut.

وروى الإمام أحمد رحمه الله عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما من أيام أعظم ولا احب إلى الله العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد وروى ابن حبان رحمه الله في صحيحه عن جابر رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أفضل الأيام يوم عرفة.

Artinya: “Imam Ahmad, Rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid."

الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي

Artinya: “Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku."

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ما من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين خريف 

Artinya: “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun." (Hadits Muttafaqun ‘Alaih)

Niat Puasa Awal Dzulhijjah

Sebelum berpuasa di awal Dzulhijjah, ada baiknya kita mengucapkan niat puasa berikut ini.

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى 

"Nawaitu shouma syahri dzil hijjah sunnatan lillahi ta'ala."

Artinya: "Saya niat puasa sunnah di bulan Dzulhijjah karena Allah ta'ala."

Selanjutnya, terdapat puasa Tarwiyah yang dikerjakan pada hari Tarwiyah atau pada tanggal 8 Dzulhijjah. Pada tanggal ini dimulai pula ibadah Haji atau satu hari sebelum pelaksanaan wukuf.

Puasa Tarwiyah

Ada sebuah hadits yang mengungkapkan keutamaan puasa Tarwiyah. Hadits tersebut memiliki arti sebagai berikut.

"Puasa pada hari Tarwiyah akan mengampuni dosa setahun lalu, sedangkan puasa hari Arafah akan mengampuni dosa dua tahun." (HR Tirmidzi)

Sayangnya, hadits tersebut disebut daif atau lemah. Meski demikian, para ulama sepakat bahwa melakukan puasa Tarwiyah tidak akan menimbulkan masalah aqidah atau hukum. Maka dari itu, tidak masalah jika tetap menunaikannya.

Sebab, menurut riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa tidak ada perbuatan yang disukai Allah SWT selain berpuasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

وروى الإمام أحمد رحمه الله عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما من أيام أعظم ولا احب إلى الله العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد وروى ابن حبان رحمه الله في صحيحه عن جابر رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أفضل الأيام يوم عرفة.

Artinya: “Imam Ahmad, Rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid."

Niat Puasa Tarwiyah

Berikut niat puasa Tarwiyah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِّلِه تَعَالَى 

"Nawaitu shouma tarwiyata sunnatan lillahi ta'ala."

Artinya: "Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta'ala."

Masih di bulan Dzulhijjah, ada pula puasa sunnah Arrafah yang sayang untuk kita lewatkan. Puasa ini dilaksanakan pada hari ke sembilan bulan Dzulhijjah atau di hari kedua pelaksanaan ibadah haji.

Puasa Arrafah

Puasa Arrafah memiliki keutamaan yang sangat istimewa. Yakni, dapat menghapus dosa kita satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Hal ini sesuai dengan hadits yang berbunyi sebagai berikut.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: 

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده

Artinya: “Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya."

Niat Puasa Arrafah

Sebelum menunaikan puasa Arrafah, berikut niat yang harus dibaca terlebih dulu.

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِّلِه تَعَالَى 

"Nawaitu shouma arafata sunnatan lillahi ta'ala."

Artinya: "Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah Ta'ala."

Puasa Muharram dilakukan di bulan Muharram atau saat tahun baru Hijriah. Puasa Muharram biasa dilakukan pada tanggal 10 atau yang dikenal juga dengan nama Puasa Asyuara.

Puasa Muharram

Puasa Muharram memiliki keutamaan yang istimewa. Yakni, merupakan sebaik-baiknya puasa sunnah, dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Keutamaan puasa Muharram tertuang pada hadist sebagai berikut ini.

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ 

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163) 

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ 

Artinya: “Puasa ini menggugurkan (dosa-dosa) di tahun yang lalu."

Selain di tanggal 10 Muharram, Rasulullah SAW juga berkeinginan berpuasa di tanggal 9 Muharram. Sayangnya, Rasulullah SAW meninggal dunia sebelum sempat menunaikan ibadah puasa sunnah tersebut.

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ 

“Kalau aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram (bersama 10 Muharram).”

Niat Puasa Muharram

Untuk menjalankan puasa Muharram, berikut niat yang harus dibaca.

نَوَيْتُ صَوْمَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاء سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

"Nawaitu shouma fii yaumi aasyuuroo’ sunnatan lillaahi ta’aalaa."

Artinya: "Saya niat puasa Asyura, sunnah karena Allah Ta’ala."

Puasa Syaban adalah puasa sunnah muakkadah yang dikerjakan di bulan Syaban. Tidak ada hadits yang mengungkapkan berapa lama kita dianjurkan untuk berpuasa sunnah di bulan Syaban. Namun, Rasulullah berpuasa sunnah lebih sering di bulan Syaban. Hal ini sesuai dengan hadits berikut.

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ 

Artinya: “...saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1969 dan Muslim No. 782).

Selain itu, puasa Syaban juga melatih diri untuk terbiasa berpuasa sebelum puasa satu bulan penuh di bulan Ramadan.

Puasa Syaban

Keutamaan berpuasa sunnah Syaban selain menyiapkan diri untuk puasa Ramadan adalah meningkatkan keimanan kita terhadap Allah SWT. Rasulullah pernah bersabda pada bulan Rajab manusia dalam kondisi lalai, maka dari itu dianjurkan berpuasa sunnah Syaban untuk meningkatkan iman terhadap Allah SWT.

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya: “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai, yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Niat Puasa Syaban

Niat puasa Syaban saat di malam hari adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى 

"Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’I sunnati Sya’bana lillahi ta’ala."

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Sya’ban esok hari karena Allah ta’ala."

Namun, jika kita lupa membaca niat di malam hari, maka niat puasa Syaban berubah menjadi sebagai berikut.

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى 

"Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’I sunnati Sya’bana lillahi ta’ala." 

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah sya’ban hari ini karena Allah ta’ala.”

 Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa di pertengahan bulan kalender Hijriah. Puasa sunnah ini disebut juga sebagai puasa putih karena berpuasa saat keadaan bentuk bulan bulat sempurna dan memancarkan cahaya putih. Biasanya puasa Ayyamul Bidh dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan di kalender Hijriah, kecuali pada hari Tasyrik.

Puasa Ayyamul Bidh

Ada tiga keutamaan dari puasa Ayyamul Bidh ini. Keutamaan tersebut yakni, seperti berpuasa sepanjang tahun, ganjaran surga oleh Allah SWT, dan amal ibadah yang dilipat gandakan. Keutamaan puasa Ayyamul Bidh tertuang dalam hadits berikut:

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

Artinya: “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari). 

إن في الجنة بابًا يقال له: الريان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة لا يدخل منه أحد غيرهم. يقال: أين الصائمون؟ فيقومون لا يدخل منه أحد غيرهم، فإذا دخلوا أغلق فلم يدخل منه أحد

Artinya: “Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang namanya “Ar-Rayyan,” yang akan dimasuki oleh orang-orang yang sering berpuasa kelak pada hari kiamat, tidak akan masuk dari pintu itu kecuali orang yang suka berpuasa. Dikatakan: Manakah orang-orang yang suka berpuasa? maka mereka pun berdiri dan tidak masuk lewat pintu itu kecuali mereka, jika mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup sehingga tidak seorang pun masuk melaluinya lagi." (HR Bukhori dan Muslim). 

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ 

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim).

Niat Puasa Ayyamul Bidh

Untuk menunaikan ibadah puasa sunnah Ayyamul Bidh, berikut niat yang harus dibaca.

نَوَيْتُ صَوْمَ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu shouma ghadin ayyamal bidhi sunnatan lillahi ta'ala.”

Artinya: "Saya niat berpuasa besok pada (ayyamul bidh) hari-hari putih sunnah karena Allah Ta'ala.”

Puasa sunnah selanjutnya adalah puasa Daud. Nah, Puasa Daud ini merupakan puasa yang dilakukan oleh Nabi Daud AS, yakni dengan cara satu hari puasa satu hari tidak dan begitu seterusnya. Puasa Daud dikatakan merupakan puasa sunnah paling baik karena banyak manfaatnya untuk kesehatan.

Puasa Daud

Puasa Daud memiliki keutamaan yakni puasa yang paling disukai Allah SWT. Sebab, puasa Daud dinilai sebagai puasa yang afdhal karena dinilai dapat memenuhi hak ibadah dan tubuh. Selain itu, berpuasa sunnah Daud mendatangkan pahala seperti berpuasa setahun penuh.

إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا 

Artinya: “Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.” (HR. Bukhari)

Niat Puasa Daud

Puasa Daud memiliki bacaan niat dan arti sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى 

"Nawaitu shauma daawuda sunnatal lillahi ta'ala." 

Artinya: "Saya niat puasa Daud, sunah karena Allah Ta'ala."

Puasa sunnah Senin dan Kamis menjadi puasa sunnah yang cukup populer di Indonesia. Puasa ini biasa dilakukan oleh perempuan sebagai puasa ganti saat berhalangan di bulan Ramadan. Puasa Senin dan Kamis dilakukan setiap hari Senin dan Kamis setiap minggunya.

Puasa Senin-Kamis

Keutamaan puasa sunnah Senin-Kamis cukup banyak. Di antaranya adalah pada hari Senin-Kamis dibukanya pintu-pintu surga. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. 

“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengam-punan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim)

Keutamaan selanjutnya dari puasa sunnah Senin-Kamis adalah merupakan hari Rasulullah SAW dilahirkan. Ini sesuai dengan hadits yang berbunyi.

“Dari Abu Qotadah R.A, sesungguhnya Rasululullah SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab: 'Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu.' (HR. Muslim)

Selain itu, puasa Senin-Kamis juga merupakan bekal kita di akhirat kelak, serta melatih tubuh untuk selalu disiplin.

Niat Puasa Senin-Kamis

Untuk niat puasa sunnah Senin dan Kamis adalah sebagai berikut.

Niat puasa sunnah di hari Senin.

نويت صوم يوم الاثنين سنة لله تعالى 

“Nawaitu Shouma Yaumal Itsnaini Sunnatal Lillaahi Ta'aalaa.” 

Artinya: “Aku berniat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala.” 

نويت صوم يوم الخميس سنة لله تعالى

“Nawaitu Shouma Yaumal Khomiisi Sunnatal Lillaahi Ta'aalaa.”

Artinya: “Aku berniat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.”

Itulah tadi macam-macam puasa sunnah dalam Islam dan niatnya. Semoga kita bisa rutin menjalankan ibadah puasa sunnah agar selalu mendapat lindungan dari Allah SWT. Aamiin.

Sumber : https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/macam-macam-puasa-sunnah/18

Share:

Puasa Syawal


Bulan 
Syawal merupakan bulan yang melambangkan kemenangan bagi umat Muslim. Setelah melewati tanggal 1 Syawal, umat muslim disunnahkan untuk menjalankan ibadah puasa Syawal. Seperti apa doa puasa Syawal yang dilantunkan?

Puasa Syawal dilaksanakan setelah tanggal 1 Syawal. Umat muslim dianjurkan mulai berpuasa Syawal selama enam hari setelah tanggal 1 Syawal. Dalam pelaksanaannya, bisa berturut-turut maupun tidak. Keutamaannya puasa Syawal menyempurnakan puasa Ramadhan dan pahalanya seperti berpuasa selama satu tahun penuh.

Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ


“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)


Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh


Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)


“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)


Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465). Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.


Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal Ramadhan ?

Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.

Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)


Tunaikanlah Qodho’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu

Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.

Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)


Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini.


Kita ambil permisalan dengan shalat dzuhur. Waktu shalat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia shalat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena udzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan shalat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan shalat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Namun hal ini berbeda dengan puasa syawal karena puasa ini disyaratkan berpuasa ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbedaan dalam masalah ini!


Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah

Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan, pen)?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79)



Sumber https://rumaysho.com/521-jangan-lupa-lakukan-puasa-syawal.html

Doa Puasa Syawal

Dianjurkan sebelum melaksanakan puasa Syawal, membaca doa niat puasa Syawal yang bisa dilafalkan. Meskipun niat puasa sebenarnya cukup ada di dalam hati. Berikut ini lafal niat puasa Syawal selama 6 hari:

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘ala.

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

Berniat puasa Syawal bisa dilakukan mendadak saat di pagi hari. Karena niat puasa sebelum masuk waktu shubuh hanya berlaku untuk puasa wajib. 

Sementara untuk puasa Sunnah, boleh membaca niat di pagi atau siang hari selama belum makan, minum, dan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. 

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah menghadirkan niat berpuasa setelah terbit fajar yang diuraikan dalam hadist Aisyah RA berbunyi:

"Rasulullah SAW bertanya kepadaku pada suatu hari: 'Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini?)'. Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatu pun (untuk dimakan)’. Beliau lalu bersabda: 'Kalau begitu aku akan puasa'. - HR Muslim no. 1154.

Adapun niat puasa Syawal di pagi atau siang hari yang dapat dibaca adalah sebagai berikut:

Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillâhi ta‘ala.

Artinya: "Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT."

Boleh Membatalkan Puasa dengan Atau Tanpa Udzur

Puasa Syawal boleh dibatalkan baik karena suatu Udzur syar'i maupun tanpa Udzur. Hal ini seperti dijelaskan oleh Syaik Aziz bin Baz.

"Jika puasa tersebut adalah sunah, maka boleh membatalkannya, tidak wajib menyempurnakannya. Ia boleh membatalkannya secara mutlak. Namun, yang lebih utama adalah tidak membatalkannya kecuali karena sebab yang syar'i, semisal karena panas yang terik, atau badan yang lemas, atau ada orang yang mengundang ke pernikahan, atau hal-hal yang memaksa untuk membatalkan puasa lainnya, maka tidak mengapa."

Sumber : https://www.suara.com/news/2021/05/15/205438/puasa-syawal-doa-niat-tata-cara-pelaksanaan?page=all#:~:text=Puasa%20Syawal%20dilaksanakan%20setelah%20tanggal,berpuasa%20selama%20satu%20tahun%20penuh.

Share:

toko islam

toko islam

Popular Posts

Umroh Murah Ibadah Berkah

  UMRAH PASTI MAMPU!!!!! 🕋🕋 Di Tanur Ada program keren namanya Easy Umrah apa aja sih easy nya klo anda mau umrah DI TANUR cekidottt 👇 1....

Kajian Umum