(( Menu Halaman )) - (( Qur'an )) (( Hadits ))
  • Al-Qur'an dan Hadits Sebagai Petunjuk Hidup

    Nabi Muhammad saw telah mewariskan 2 hal kepada kita sebagai petunjuk kehidupan apapun yang berkaitan dengan kehidupan, yaitu Al-Qur'an dan Hadits

  • Masalah - Solusi - Sukses

    Ketika kita dihadapi dengan berbagai masalah kehidupan, kita harus mencari solusi untuk sukses.

  • Pondok Pesantren Digital

    Pondok Pesantren Digital adalah Media Belajar Agama Islam secara digital berbasis online yang dapat di akses melalui Smartphone, Laptop ataupun Komputer dengan system khusus

  • Solusi Terbaik Mengatasi Masalah

    Bagaimana kita dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup apapun masalahnya di sini kami beritahu solusi terbaik yang pasti berhasil.

Larangan Mengganggu orang yang sedang Sholat


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamketika sedang beri’tikaf telah bersabda, artinya,
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian sedang bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah sebagian dari kalian mengganggu yang lainnya.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan dishahihkan al-Albani)


Membaca al-Qur’an di dalam masjid dengan suara keras, selain mengganggu orang yang sedang shalat juga mengganggu orang lain yang sedang membaca al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang perbuatan itu melalui sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhudia berkata,
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamberi’tikaf di dalam masjid, beliau mendengar para shahabat membaca al-Qur’an dengan suara keras, maka beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya masing-masing dari kalian sedang bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah sebagian dari kalian mengganggu yang lain, dan janganlah sebagian mengeraskan suara di atas yang lain dalam membaca al-Qur’an, atau beliau bersabda, “di dalam shalat.” (HR.Ahmad dan Abu Dawud)


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, 
“Tidak boleh bagi siapa pun mengeraskan suara ketika membaca baik di dalam shalat maupun di luar shalat, terutama ketika di dalam masjid karena hal itu dapat mengganggu orang lain.” Dan ketika ditanya tentang mengeraskan bacaan al-Qur’an di dalam masjid, beliau menjawab, “Segala perbuatan yang bisa mengganggu orang yang berada di dalam masjid atau yang mengarah pada perbuatan itu maka hal itu terlarang, wallahu a’lam.( al-Fatawa 23/61)


Adapun membaca dengan bersuara namun tidak terlalu keras dan tidak mengganggu orang lain maka hal itu dibolehkan sebagaimana banyak tersebut di dalam hadits. Terutama jika yang bersangkutan merasa aman dari perbuatan riya’. Bahkan bisa jadi merupakan keharusan apabila dalam rangka belajar al-Qur’an. Karena tidak diragukan lagi bahwa mengeraskan bacaan dalam kondisi ini akan menggugah hati, menambah semangat dan memberikan manfaat bagi orang lain yang mendengarkannya. (at-Tibyan, an-Nawawi hal 71)

Dalam shalat malam juga diboleh- kan mengeraskan bacaan selagi dapat menjaga diri dari riya’. Aisyahradhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam“Semoga Allah merahmatinya, sungguh bacaannya itu telah mengingatkanku pada ayat ini dan ini yang sebelumnya saya kira bagian dari surat ini dan ini.” (HR.al-Bukhari dan Muslim).

Membaca Al Quran dengan keras yang bisa menggangu  orang yang sedang solat saja dilarang, padahal itu suatu kebaikan bukan? itulah kenapa hukum umum dalam hal ini yang baik belum tentu baik jika tidak ditampat dan waktu yang semesntinya, Membaca al quran , Solawat, atau perbuatan apapaun yang mengganngu orang solat itu dilarang, kita tau suatu pahala itu berawal dari sebuah perintah dan suatu dosa itu berawal dari ingkar perintah atau tidak melaksanakan atau melanggar perintah dan menjalai larangan, dan tidak ada tempat disurga bagi sebuah dosa, dan tempat dosa adalah dineraka, maka berhati-hatilah sedikit yang kita lakukan kalau terus menerus akan menumpuk menjadi besar, seperti pepatah lama, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit


Lewat di Depan Orang Shalat

Berjalan di depan orang shalat di antara dia dan sutrah (pembatas)nya adalah perbuatan haram, karena mengganggu dan mengacaukan konsentrasinya dalam bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala. Perbuatan ini dilarang dengan keras dan pelakunya mendapatkan ancaman yang sangat berat, sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Oleh karena itu dibolehkan bagi yang sedang shalat untuk mencegah orang yang akan melewatinya, jika sekiranya masih ada jalan lain yang memungkinkan untuk dilewati. Karena dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhuRasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, artinya,
“Jika salah seorang diantara kalian shalat menghadap sutrah (yang menghalangi) orang (untuk lewat), lalu ada seseorang yang mau melewatinya maka tahanlah dia. Apabila menolak maka lawanlah dia karena dia adalah syetan.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)

Rasululloh SAW mengecam dengan keras orang2 yg lewat di depan orang yg sedang sholat! Bahkan beliau menyatakan bahwa TINDAKAN/PERBUATAN LEWAT DI DEPAN ORANG YG SHOLAT ADALAH PERBUATAN DOSA, sebagaimana riwayat berikut,Busr bin Abi Sa’id mengatakan bahwa Zaid bin Khalid menyuruhnya menemui Abu Juhaim. Ia perlu menanyakan kepadanya, apa yang pernah ia dengar dari Rasulullah mengenai orang yang berjalan di depan orang yang sedang mengerjakan shalat. Kemudian Abu Juhaim berkata, “Rasulullah bersabda, 
‘Seandainya orang yang lewat di muka orang yang sedang shalat itu mengetahui dosa yang dibebankan kepadanya, niscaya ia berdiri empat puluh lebih baik daripada ia lewat di depannya.”‘ Abu Nadhar (perawi) berkata, “Saya tidak mengetahui, apakah beliau bersabda empat puluh hari, atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun.”
 
 Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan bahwa ia shalat di hari Jumat pada sesuatu yang menutupinya dari manusia. Seorang pemuda dari bani Abu Muaith akan lewat di depannya. Abu Said menolak dadanya. Maka, pemuda itu melihat. Namun, ia tidak mendapat jalan selain di depannya. Lalu, ia kembali untuk melewatinya. Namun, Abu Said menolak lebih keras daripada yang pertama. Maka, ia mendapat (sesuatu yang tidak menyenangkan-penj.) dari Abu Sa’id. Kemudian ia datang kepada Marwan, mengadukan apa yang ia jumpai dari Abu Sa’id. Abu Sa’id datang pula kepada Marwan di belakangnya, lalu Marwan bertanya, “Ada apakah kamu dan anak saudaramu, hai Abu Said?” Abu Sa’id menjawab, “Saya mendengar Nabi bersabda, ‘Apabila salah seorang di antaramu sedang shalat dengan ada sesuatu yang menutupinya dari orangbanyak, lalu ada seseorang yang akan lewat di depannya, maka tolaklah ia.’ (Dan dalam satu riwayat: ‘Apabila ada sesuatu yang hendak lewat di depan seseorang di antara kamu ketika ia sedang shalat, maka hendaklah ia mencegahnya. Jika tidak mau, maka hendaklah ia mecegahnya lagi.’ 4192). Jika ia enggan, maka perangilah ia, karena sesungguhnya ia adalah setan.’”
Dari Abi Said Al-Khudri ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian shalat makagunakan ke sutrah (pembatas) dan hendaklah mendekat dan jangan membiarkan seseorang lewat di tengahnya. (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan haditsi ini hasan)

Dari Sahal ra bahwanabi SAW bersabda, “Apabila kamu shalat dengan menggunakan sutrah maka mendekatlah dan jangan sampai dipotong syaitan. (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Hadits shahih)

 Bagaiamana dengan anak kecil yang melewati orang sholat?


Syaikh yang mulia, Muhammad ibnu Shalih Al-’Utsaimin rahimahullahu kembali menjawab, “Tidak ada dosa bagi si ibu membiarkan anaknya lewat di hadapannya bila memang si anak sering lalu lalang dan si ibu sendiri khawatir shalatnya terganggu bila terus-menerus mencegah si anak, sebagaimana hal ini dikatakan ahlul ilmi rahimahumullah. Akan tetapi, sepantasnya ketika si ibu hendak shalat, hendaknya memberikan sesuatu kepada anaknya yang bisa dijadikannya sebagai mainan (sehingga si anak asyik dengan benda/mainan tersebut, pen.) sementara si anak berada di sekitar/dekat dengan ibunya. Karena bila seorang anak diberi sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai mainan, biasanya mainan itu membuatnya lupa terhadap yang lain. Namun bila si anak terus menggelayuti (nggendholi, Jw.) ibunya karena merasa lapar atau haus, yang lebih utama si ibu menunda shalatnya hingga ia selesai menunaikan kebutuhan anaknya (menyuapi makan atau memberi minum). Setelah itu ia menghadapkan dirinya kepada amalan shalatnya.” (Majmu’ah As’ilah Tuhimmu Al-Usrah Al-Muslimah, hal. 151-152)
Share:

5 Hal yang di sunnahkan terhadap bayi yang baru lahir


1. Mentahnik bayi dengan kurma dan mendoakan keberkahan atasnya
Tak banyak orangtua yang memahami bahwa tahnik adalah sunnah Nabi yang sangat dianjurkan saat bayi baru lahir. Tahnik adalah memasukkan kunyahan/lumatan buah kurma ke dalam mulut bayi yang baru lahir dan menggosokkannya dengan lembut di langit-langit mulut bayi sampai seluruh bagian dari mulut bayi tersebut terolesi dengan sari buah kurma. Jika kurma sulit untuk didapat, boleh diganti dengan sari kurma yang sudah jadi atau madu.
Apakah tidak bahaya bagi bayi?
Bayi yang baru lahir terutama bayi yang lahir prematur atau bayi dengan berat lahir kurang, memiliki kandungan glukosa yang sangat kecil dalam darahnya (umumnya hanya di bawah 30mg per 100 ml darah). Jika kekurangan zat gula ini tidak segera dipenuhi, biasanya bayi akan mudah menolak ASI ibunya, otot-ototnya lemas, gangguan syaraf, bahkan berujung pada kematian. Biasanya, dokter akan memberikan tambahan zat gula pada bayi baru lahir yang kurang berat badannya atau prematur mellaui infus atau langsung melalui mulut.
Dan kurma adalah penghasil glukosa yang sangat baik dan bagus untuk kesehatan bayi. Mentahnikbayi dengan kurma dapat memperkuat otot-otot mulut bayi sehingga bayi akan kuat menyusu pada ibunya. Dan ketika bayi kuat menyusu, maka insya Allah ASI akan menjadi lancar dan berlimpah.
Dalil-dalil disunnahkannya mentahnik bayi :
§ Dari Abu Burdah dari Abu Musa ia berkata: “Telah lahir anakku, lalu aku membawanya dan mendatangi Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau  memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.”  Imam Bukhari menambahkan: “dan beliau mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali kepadaku.” (HR. BUkhari & Muslim)
§ Dari Asma’ binti Abu Bakar, ia berkata bahwa dirinya ketika sedang mengandung Abdullah bin Zubair di Mekkah : “Aku keluar dan aku sempurna hamilku 9 bulan, lalu aku datang ke Madinah, kemudian aku turun di Quba’ dan aku melahirkan di sana, lalu aku pun mendatangi Rasulullah, maka Rasulullah menaruh Abdullah ibn Zubair di dalam kamarnya, dan beliau meminta kurma lalu mengunyahnya, kemudian beliau Shallallaahu ‘alaihi wasallammemasukkan kurma yang sudah lumat itu ke dalam mulut Abdullah bin Zubair. Dan itu adalah makanan yang pertama kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam (Rasulullah mentahniknya), dan kemudian beliaupun mendo’akannya dan mendoakan keberkahan kepadanya.”

2. Melaksanakan aqiqah dan mencukur rambut bayi
Islam mensyariatkan penyembelihan aqiqah untuk bayi yang baru dilahirkan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah (berupa kelahiran bayi). Dan para ulama berbeda pendapat dalam menghukuminya, apakah hal ini wajib atau sunnah. Mayoritas ulama, dan ini adalah pendapat yang paling rajih, hukum aqiqah untuk bayi yang baru lahir adalah sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat ditekankan atau dianjurkan.
Sebagaimana sabda Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam :
“Setiap anak yang baru lahir tergadai dengan aqiqahnya, (sampai) disembelihkan (aqiqah) itu untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al-Albany).
Waktu pelaksanaan aqiqah yang paling utama adalah pada hari ketujuh dari kelahirannya. Jika telah lewat, maka pada hari ke empat belas. Jika lewat juga, maka pada hari ke dua puluh satu. Jika lebih dari itu, maka tidak termasuk dalam sisi keutamaannya, namun tidak mengapa.
Sedangkan jumlah kambing sembelihan adalah dua kambing untuk anak laki-laki, dan seekor kambing untuk anak perempuan. Namun jika tidak mampu, maka satu kambing pun cukup baik untuk anak laki-laki maupun perempuan.
Dan untuk masalah mencukur rambut bayi yang baru lahir ini yang benar adalah mencukur seluruh rambut yang ada di kepala, bukan hanya sebagiannya saja. Disunnahkan setelah mencukur rambut adalah memberi wewangian dan mengusapkannya pada kepala bayi. Rambut yang dicukur tadi kemudian ditimbang dan hasilnya disetarakan dengan perak yang kemudian disedekahkan untuk fakir miskin.
3. Memberi nama yang baik dan indah
Dari Abu Dawud, dengan isnad yang shahih dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Rasululullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan menggunakan nama-nama kalian dan dengan nama-nama bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian.”
Hendaknya orangtua memberikan nama-nama yang baik kepada anak-anak mereka, agar anak-anak jauh dari cemoohan dan ejekan. Dan jangan lupa, bahwa nama adalah do’a dari orangtua kepada anak-anaknya. Maka berikanlah nama yang baik sebagai do’a yang baik pula untuk anak-anak kita.  Gunakanlah nama-nama Islami yang diajarkan oleh Rasulullah, dan jauhi penggunaan nama-nama yang menyerupai penamaan orang-orang kafir.
4. Memberikan penyusuan sempurna sampai 2 tahun
5. Mendoakan kebaikan dan keberkahan bagi bayi serta menjauhkan diri dari memasang jimat-jimat
Haram hukumnya memasangkan kalung atau jimat-jimat dalam tubuh seorang anak dengan alasan untuk perlindungan anak tersebut. Yang diperbolehkan adalah melindungi anak dengan doa-doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam. 
Share:

Bid'ah


Banyak kaum muslimin yang masih meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak hadits NabiShallallahu’alaihi Wasallam yang membicarakan dan mencela bid’ah, mereka akan menyadari betapa NabiShallallahu’alaihi Wasallam sangat sering membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah adalah lisan NabiShallallahu’alaihi Wasallam sendiri.
Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Hadits 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. Muslim no. 867)
Dalam riwayat An Nasa’i,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Hadits 4
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)
Hadits 5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya”  (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54)
Hadits 6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari no. 6576, 7049).
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).
Al’Aini ketika menjelaskan hadits ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak diridhai Allah itu tidak termasuk jama’ah kaum muslimin. Seluruh ahlul bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” (Umdatul Qari, 6/10)
Hadits 7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ : ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Sungguh diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya: ‘apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah'”. Beliau mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad no.3659, Ibnu Majah no.2860. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864)
Hadits 8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677, ia berkata: “Hadits ini hasan”)
Hadits 9
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman, ia berkata:
يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ . فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : هل من وراءِ ذلك الشرِّ خيرٌ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : كيف ؟ قال ( يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ ) قال قلتُ : كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ ! إن أدركت ُذلك ؟ قال ( تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ وأطعْ )
Wahai Rasulullah, dulu kami orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan (berupa Islam), dan kami sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua ini akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kebaikan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Aku bertanya: ‘Apa itu?’. Nabi bersabda: ‘akan datang para pemimpin yang tidak berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada sunnahku. Akan hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan namun berjasad manusia’. Aku bertanya: ‘Apa yang mesti kami perbuat wahai Rasulullah jika mendapati mereka?’. Nabi bersabda: ‘Tetaplah mendengar dan taat kepada penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah mendengar dan taat’” (HR. Muslim no.1847)
Tidak berpegang pada sunnah Nabi dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari selain Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan.
Hadits 10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي أُمَيَّةَ
Orang yang akan pertama kali mengubah-ubah sunnahku berasal dari Bani Umayyah” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, no.61, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1749)
Dalam hadits ini Nabi mengabarkan bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi yang diubah-ubah ini adalah kebid’ahan.
Hadits 11
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ : أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” (tanpa tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063)
Dalam hadits di atas, ketiga orang tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari, kedua hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa dengan tidak menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan adalah keyakinan yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku“.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami nukilkan di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada dari bid’ah.
Wallahu’alam.
Share:

Hati Penyebab berbagai Penyakit


Sabda Rasulullah Muhammad saw:
Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.(HR. Bukhori)

Kesehatan itu adalah nikmat terbesar yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Tidak ada gunanya uang berlimpah, rumah mewah, kendaraan terbaru, tetapi tubuh si pemiliknya terbaring akibat serangan penyakit.

Karena itu, jagalah kesehatan dengan sebaik-baiknya, hargailah nikmat Tuhan ini dengan selalu memfungsikan kesehatan untuk selalu berbuat kebaikan. Taburlah kebaikan selagi sehat!

Lantas bagaimana cara orang menghindari penyakit? Banyak yang mengira bahwa penyakit itu berasal dari makanan, pola konsumi dan lain sebagainya. Ini ada benarnya, tapi tidak benar sepenuhnya.

Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh makanan terhadap penyakit tidak lebih dari 10% saja di samping pengaruh lain seperti cuaca dan alam.

Selebihnya, ternyata 90% penyebab penyakit itu berasal dari hati dan pikiran (yang kotor/jahat). Barangkali anda kurang percaya, tapi mudah saja membuktikannya, silahkan perhatikan orang gila yang makan dari makanan-makanan yang tidak higienis dan kadang menjijikkan, tapi ternyata tubuh mereka tetap sehat, kenapa? Karena fikiran dan hatinya sudah tidak diberi beban kewenangan (tanggungjawab),..... mereka selalu bahagia dan happy!

Penelitian terbaru di dunia medis menunjukkan betapa bahanya fikiran yang buruk terhadap kesehatan. Silahkan simak baik-baik hasil penelitian berikut ini:
1. MARAH, selama 5 menit akan menyebabkan sistem imun tubuh kita mengalami depresi 6 jam.
2. DENDAM & MENYIMPAN KEPAHITAN akan menyebabkan imun tubuh kita mati.. Dari situlah bermula segala penyakit, seperti STRESS, KOLESTEROL, HIPERTENSI, SERANGAN JANTUNG, RHEMATIK, ARTHRITIS, STROKE (perdarahan / penyumbatan pembuluh darah).
3. Jika kita sering membiarkan diri kita STRESS, maka kita sering mengalami GANGGUAN PENCERNAAN.
4. Jika kita sering merasa KHAWATIR, maka kita mudah terkena penyakit NYERI PUNGGUNG.
5. Jika kita MUDAH TERSINGGUNG, maka kita akan cenderung terkena penyakit INSOMNIA (susah tidur).
6. Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN, maka kita akan terkena GANGGUAN TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH.
Share:

Al-Qur'an


Alquran adalah kitab samawi agama Islam. Menurut keyakinan kaum Muslimin, Alquran adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril. Mereka berpandangan bahwa kandungan dan lafaz Alquran berasal dari Allah swt; demikian juga mereka meyakini bahwa Alquran itu adalah mukjizat dan tanda kenabian Nabi Muhammad saw serta kitab samawi pamungkas. Kitab ini menegaskan sendiri kemukjizatannya dan dijadikan sebagai dalil adalah tiada seorang pun yang dapat mendatangkan hal yang serupa dengannya.
Alquran pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw di gua Hira yang terletak di gunung Tsaur. Pandangan yang masyhur adalah ayat-ayat ini diwahyukan, di samping melalui malaikat wahyu dan juga diwahyukan secara langsung tanpa perantara. Menurut kebanyakan kaum Muslimin, pewahyuan Alquran berlangsung secara gradual; namun sebagian berpendapat bahwa di samping bersifat gradual dan perlahan, Alquran juga diturunkan secara serentak di malam Qadar kepada Rasulullah saw.
Ayat-ayat Alquran pada masa Rasulullah saw ditulis secara berserakan pada kulit hewan-hewan, kayu pohon kurma, kertas dan kain. Setelah wafatnya Rasulullah saw, ayat-ayat dan surah-surah Alquran dikumpulkan oleh para sahabat; namun naskah-naskah kebanyakan yang telah tersusun, berbda-beda dalam urutan surah-surah dan qira'ah. Berdasarkan perintah Usman, naskah tunggal Alquran disiapkan dan naskah-naskah yang lain dihilangkan. Umat Muslim Syiah, mengikut para imam, menilai naskah ini sebagai naskah yang benar dan sempurna.
Alquran, Furqan, Alkitab dan Mushaf merupakan nama-nama yang paling masyhur Alquran. Alquran terdiri dari 114 surah, hampir 6000 ayat, 30 juz, dan 120 hizb. Dalam Alquran dibahas tentang tauhid, ma'ad, peperangan yang diikuti (ghazwah) Rasulullah saw, kisah-kisah para nabi, amalan-amalan saleh dalam Islam, keutamaan dan keburukan akhlak, pepeperangan melawan kemusyrikan dan kemunafikan.
Hingga abad keempat Hijriah, menyebar ragam qiraat dan bacaan terhadap Alquran. Adanya naskah-naskah yang berbeda di kalangan umat Muslim, khat-khat Arab yang masih permulaan, adanya perbedaan dialek yang berbeda-beda, subyektifisme para pembaca Alquran, merupakan beberapa faktor penyebab munculnya perbedaan bacaan. Pada abad ini terdapat tujuh qiraah yang dipilih dari beberapa qiraah yang sebelumnya ada. Qiraah yang umumnya dipakai di kalangan umat Islam adalah qiraah Ashim dengan riwayat Hafsh.
Terjemahan keseluruhan Alquran dalam bahasa Persia dimulai pada abad Ke-4 H dan dalam bahasa Latin ditulis pada abad ke-6 H. Terjemahan Latin ini dicetak untuk pertama kalinya pada tahun 950 H/1543 di Italia. Cetakan pertamanya diinisiasi oleh kaum Muslimin pada tahun 1200 H/1786 di Saint Petersburg Rusia. Iran adalah Negara pertama Muslim yang mencetak Alquran pada tahun tahun-tahun 1243 H/1828 dan 1248 H/1833. Cetakan Alquran dewasa ini dikenal dengan cetakan khat Usman Thaha yang terbit di Mesir.
Alquran telah menjadi sumber ilmu pengetahuan terbesar di kalangan umat Muslim. Tafsir dan Ulumul Quran seperti sejarah Alquran, ilmu bahasa Quran, ilmu I'rab dan Balaghah, kisah-kisah Alquran dan I'jaz Alquran adalah bagian-bagian dari pelajaran Ulumul Quran.
Alquran memiliki kedudukan yang tinggi dalam apresiasi seni dan kebudayaan kaum Muslimin. Khataman Alquran, meletakkan Alquran di atas kepala, pembacaan Alquran pada pesta pernikahan merupakan beberapa contoh dari apresiasi seni dan kebudayaan ini. Refleksi yang paling nyata Alquran dalam bidang seni dapat dijumpai pada seni-seni seperti kaligrafi, penjilidan, sastra dan arsitektur.

Kalamullah


Sesuai dengan keyakinan kaum Muslimin, Alquran adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara wahyu.
[1] Kandungan dan lafaz Alquran juga bersumber dari Allah swt.
[2] Pertama kali wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad di gua Hira yang terletak di gunung Nur.
[3] Disebutkan bahwa ayat-ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah ayat-ayat pertama surah Al-'Alaq. Surah pertama yang diturunkan secara utuh adalah surah Al-Fatihah.
[4] Menurut kaum Muslimin, Nabi Muhammad saw adalah nabi pamungkas dan Alquran adalah kitab terakhir samawi.

 

Proses Penerimaan Wahyu

Pewahyuan Alquran kepada Nabi Muhammad saw dibagi menjadi tiga bagian: Ilham, di balik tirai dan melalui para malaikat. [6] Sebagian ulama dengan bersandar pada ayat-ayat s[7] berkata bahwa pewahyuan kitab samawi ini terjadi hanya dengan perantara Jibril; [8] Namun pandangan yang masyhur bahwa Alquran diwahyukan dalam bentuk-bentuk yang lain di antaranya secara langsung tanpa perantara kepada Nabi Muhammad saw. [9]

Pewahyuan Gradual dan Serentak

Berdasarkan sebagian ayat Alquran, kitab ini diturunkan di bulan Ramadhan dan malam Qadar. [10] Karena itu, di kalangan Muslimin terdapat perbedaan pendapat terkait dengan apakah Alquran diturunkan satu waktu (serentak) atau secara perlahan. [11] Sebagian berkata, Di samping diturunkan secara serentak juga diturunkan secara perlahan; [12] Sekelompok ulama berpendapat bahwa Alquran diturunkan pada satu tahun, pada malam Qadar juga diturunkan sekali waktu; [13] Pendapat lainnya bahwa Alquran diturunkan secara perlahan dan awal diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam Qadar. [14]

Nama-nama Alquran

Alquran memiliki banyak nama. Alquran, Alfurqan, Alkitab, Mushaf merupakan nama-nama yang terkenal untuk Alquran. [15]
Nama Mushaf diberikan oleh Abu Bakar; adapun nama-nama lainnya disebutkan dalam Alquran;[16] Alquran merupakan nama yang paling terkenal untuk kitab samawi ini. Kata Alquran bersumber dari bahasa Arab yang bermakna bacaan yang enak dibaca. Disertai dengan alif dan lam dinyatakan sebanyak lima puluh kali dalam Alquran dimana pada semua penggunaan itu maknanya kitab Alquran; demikian juga tanpa alif dan lam disebutkan sebanyak dua puluh kali dalam Alquran yang pada tiga belas perkara bermakna kitab Alquran.

Kedudukan
Alquran adalah sumber terpenting pemikiran kaum Muslimin. Sumber lain dalam pemikiran Islam adalah hadis dan sunnah; artinya ajaran-ajaran yang diperoleh dari sumber-sumber Islam lainnya, apabila bertentangan dalam Alquran, maka tidak ada nilainya sama sekali; [18] Berdasarkan riwayat-riwayat dari Rasulullah saw dan para Imam Syiah, hadis-hadis harus disandingkan dengan Alquran. Apabila tidak sesuai maka ia harus dinilai sebagai riwayat-riwayat yang tidak muktabar dan sifatnya rekayasa. [19]
Sebagai contoh dari Rasulullah saw dilaporkan: Ucapan apa pun yang dikutip dariku untuk kalian, apabila sejalan dengan Alquran, maka sesungguhnya aku mengatakannya dan apabila tidak sejalan dengan Alquran maka sesunggunya aku tidak mengatakannya; [20] Dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq as juga disebutkan bahwa setiap hadis yang tidak sejalan dengan Alquran maka itu adalah dusta belaka. [21]

Sejarah Al-Quran

Penulisan dan Penyusunan

Rasulullah saw sering kali menegaskan tentang penghafalan, pembacaan serta penulisan ayat-ayat Alquran. Hal ini dilakukan mengingat masih kurangnya orang-orang yang terdidik dan minimnya fasilitas-fasilitas alat tulis pada tahun-tahun pertama bi'tsah. Demikian juga sebagai antisipasi jangan-jangan kata-kata Alquran itu dilupakan atau keliru dicatat. Karena itu diupayakan ayat-ayat Alquran dihafalkan dan dibacakan secara benar. [22]
Tatkala sebuah ayat diturunkan, Rasulullah memanggil para penulis wahyu supaya menulisnya. [23]Ayat-ayat Alquran, dalam bentuk yang berserakan, tertulis pada kulit-kulit hewan, batang kayu kurma, kain dan kertas. [24]
Rasulullah saw sendiri mengawasi penulisan wahyu. Setelah membacakan ayat-ayat bagi para penulis wahyu, ia meminta mereka untuk membacakan apa yang telah mereka tulis sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin ada dapat diperbaiki. [25] Suyuthi menulis, Pada masa Rasulullah saw Alquran telah ditulis namun tidak satu tempat dan urutan surah-surah juga belum jelas.” [26]
Penyusunan Alquran seperti dalam bentuknya yang sekarang tidak dilakukan pada masa Nabi Muhammad saw. Dalam buku al-Tamhid fi 'Ulum al-Qur'an disebutkan bahwa pada masa Nabi Muhammad saw, ayat-ayat dan nama-nama surah telah jelas sesuai dengan pendapatnya; namun penyusunan terakhir Alquran dalam bentuk satu kitab dan susunan surah-surah dilakukan pasca wafatnya Nabi Muhammad dan berdasarkan pertimbangan sahabat. [27] Menurut buku ini disebtukan bahwa yang pertama kali menyusun Alquran adalah Imam Ali as. Ia mengumpulkan surah-surah Alquran berdasarkan sejarah pewahyuan dan penurunan wahyu.

Penyatuan Mushaf
Pasca wafatnya Rasulullah saw, masing-masing sahabat mengumpulkan Alquran. Banyak mushaf yang telah disusun yang berbeda satu dengan yang lain dari sisi susunan surah dan bacaannya. [29] Hal ini telah menyebabkan masing-masing dari kelompok ini menilai bahwa bacaan Alquran mereka yang benar dan bacaan kelompok lain keliru. [30]
Sesuai dengan usulan Hudzaifah kepada Usman untuk menyatukan mushaf-mushaf yang ada dan persetujuan sahabat, Usman kemudian menugaskan sekelompok sahabat untuk melakukan hal ini. [31] Ia mengutus orang-orang ke beberapa negeri Islam dan mengumpulkan seluruh Alquran yang ada; lalu memerintahkan naskah-naskah itu untuk dilenyapkan. [32] Dalam al-Tamhid disebutkan bahwa kemungkinan besar masa penyatuan mushaf-mushaf Alquran ini terjadi pada tahun 25 H. [33]
Artikel utama: Mushaf Imam Ali as

Persetujuan Para Imam Syiah atas Mushaf Utsmani

Artikel utama: Mushaf Usmani
Berdasarkan beberapa riwayat, para imam Syiah sepakat dengan penyatuan mushaf-mushaf dan mushaf yang diperintahkan oleh khalifah Usman untuk disusun. Suyuthi mengutip dari Imam Ali as bahwa Usman bermusyawarah dengannya terkait dengan penyatuan Alquran-alquran dan dia juga setuju dengan usulan ini. [34] Demikian juga diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as tidak melarang seseorang yang membacakan Alquran di hadapannya yang berbeda dengan bacaan resmi. [35] Al-Tamhid menyebutkan bahwa umat Muslim Syiah menyebutkan bahwa Alquran yang ada di tangan kaum Muslimin sekarang ini adalah Alquran yang sempurna.

Ragam Bacaan Alquran

Hingga abad ke-4 H merebak bacaan yang beragam di kalangan umat Muslim. [37] Faktor terpenting adanya ragam bacaan ini karena adanya mushaf yang berbeda-beda di antara umat Muslim, khat Arab masih permulaan, tiadanya tanda baca pada huruf-huruf, tiadanya titik pada huruf-huruf, adanya dialek yang berbeda-beda dan selera pribadi para pembaca Alquran (orang-orang yang mengajarkan Alquran). [38]
Pada abad ke-4 H, Ibnu Mujahid guru para qari di Baghdad, memilih 7 qiraah yang terdapat di antara firkah-firkah. Para qari bacaan-bacaan ini kemudian dikenal sebagai Qurra al-Sab'ah. Mengingat masing-masing dari bacaan ini diriwayatkan dengan dua riwayat, karena itu terdapat 14 qira'ah Alquran yang diterima oleh umat Islam. [39]
Ahlusunnah berpandangan bahwa Alquran memiliki banyak sisi pengucapan dan orang-orang dapat membaca masing-masing sisi pengucapan itu. [40] Namun ulama Syiah berkata Alquran diturunkan dengan satu bacaan dan para Imam Syiah supaya memudahkan umat Muslim untuk membaca Alquran kemudian membolehkan adanya ragam bacaan Alquran. [41]
Bacaan yang tersebar di kalangan umat Islam adalah qira'ah Ashim berdasarkan riwayat Hafsh. Sebagian peneliti Alquran dari kalangan Syiah memandang bahwa qiraah Ashim berdasarkan riwayat Hafsh sebagai satu-satunya qiraah yang sahih dan mutawatir. Mereka berkata bahwa bacaan-bacaan lain yang diklaim berasal dari Rasulullah saw adalah bersumber dari selera pribadi para pembaca Alquran.

Pengharakatan Alquran

Dalam bahasa Arab, harakat (i'rab) memiliki peran penting dalam menjelaskan makna, dan memberi perhatian pada i'rab Alquran sangat diperlukan karena kesalahan dalam mengidentifikasi i'rab Alquran akan menyebabkan perubahan makna dan terkadang kontradiksi dengan maksud Tuhan.[43] Para penulis wahyu pada mulanya menulis kata-kata Alquran tanpa titik dan hal ini bagi orang-orang yang hidup di masa nabi hidup tidak ada masalah, tetapi untuk generasi mendatang dan khususnya umat Islam non-Arab terkadang menyebabkan bacaan yang beragam dan mengubah makna. Oleh karena itu, peng-harakatan Alquran sangat diperlukan untuk mengakhiri perbedaan, perubahan dan pendistorsian (tahrif) makna Alquran.[44] Laporan-laporan sejarah tentang peletak pertama harakat (i'rab) Alquran dan pencatat tanda-tanda i'rab, berbeda-beda. Pada umumnya mereka memperkenalkan Abu al-Awsad Duali (L 69 H) sebagai pemula dari peletak i'rab Alquran, yang dilakukan dengan bantuan Yahya bin Ya'mar.[45]
Peng-i'raban permulaan adalah sebagai berikut: titik di atas kata akhir adalah tanda "nasab", titik di bawah huruf adalah tanda "jar" dan titik setelah huruf terakhir adalah tanda "rafa'".[46] Satu abad berikutnya, titik-titik itu diganti dengan bentuk-bentuk khusus oleh Khalil bin Ahmad Farahidi: persegi panjang di atas huruf pertanda "nasab", persegi panjang di bawahnya adalah pertanda "jar", huruf "waw" (و) kecil di atasnya adalah pertanda "rafa'", pengulangan bentuk yang serupa adalah pertanda "tanwin", gigi-gigi huruf (س) adalah pertanda "tasydid", dan kepala huruf (ص) pertanda "sukun".[47] Kemudian pada paruh kedua abad ke-2 muncul mazhab Nahwu Basrah dengan sosok seperti Sibawaih, mazhab Nahwu Kufah dengan sosok Kisai. Dan pada pertengahan abad ke-3 H muncul mazhab Nahwu Bagdad dan membuat perkembangan dalam ilmu i'rab Alquran.

Terjemahan Alquran

Terjemahan Alquran memiliki latar belakang sejarah yang panjang dan dapat ditelusuri hingga awal kedatangan Islam; [49] Namun terjemahan pertama Alquran ke dalam bahasa Persia dilakukan pada abad ke-4 H. [50] Disebutkan bahwa penerjemah pertama kali Alquran adalah Salman Farsi yang menerjemahkan bismillahi al-Rahman al-Rahim sebagai "Dengan nama Yazdan yang mahapemurah." 4[51]
Terjemahan Alquran ke dalam bahasa-bahasa Eropa pertama kali dilakukan oleh para pendeta dan uskup Kristen. Mereka menerjemahkan sebagaian dari Alquran untuk mengkritisi Islam dalam tema-tema teologis. [52]Terjemahan latin Alquran secara sempurna pertama kali ditulis pada abad ke-6 H (12 M).

Terbitan Alquran

Alquran pertama kali pada tahun 950 H (1543 M) di terbitkan di Italia. Terbitan ini dilenyapkan atas perintah para petinggi gereja. Setelah itu, pada tahun 1104 H/1692 dan kemudian pada tahun 1108 H/1696 dicetak di Eropa. Terbitan pertama Alquran oleh kaum Muslimin keluar pada tahun 1200 H. Maula Usman melakukan hal ini di St. Petersburgh Rusia. Negara pertama Muslim yang menerbitkan Alquran adalah Iran. Iran pada tahun-tahun 1243 H/1828 dan 1248 H/1833 menerbitkan dua edisi cetakan Alquran yang sangat indah. Pada tahun-tahun berikutnya, Negara-negara Muslim lainnya seperti Turki, Mesir dan Irak menerbitkan ragam cetakan Alquran.

Mesir menerbitkan Alquran pada tahun 1342 H/1924 di bawah pengawasan para dosen Al-Azhar dan berdasarkan riwayat Hafsh dari Ashim dan diterima oleh dunia Islam. Alquran yang dikenal hari ini dengan nama Usman Thaha ditulis dengan khat yang indah oleh seorang penulis kaligrafi Suriah dan diterbitkan di Mesir. Alquran ini diterbitkan di pelbagai negara-negara Islam. Ciri khas terbitan ini adalah susunan ayat-ayat pada halaman-halaman dan urutan hizb-hizb dan 30 juz Alquran. [55]
Dewasa ini terbitan Alquran dilakukan di bawah pengawasan lembaga-lembaga terkait dan memiliki aturan-aturan tersendiri. [56] Di Iran lembaga Dar Alquran al-Karim memiliki tugas untuk mengoreksi dan mengawasi terbitan Alquran. [57]

Struktur Alquran

Alquran terdiri dari 114 surah dan hampir enam ribu ayat. Terdapat perbedaan pendapat terkait dengan jumlah akurat ayat-ayat Alquran. Sebagian mengutip dari Imam Ali as menyebutkan bahwa Alquran terdiri dari 6236 ayat. [58] Alquran terbagi menjadi 30 juz dan 120 hizb.[59]

Surah

Artikel utama: Surah
Bagian-bagian Alquran yang memiliki kandungan yang teratur disebut sebagai surah. [60] Surah-surah Alquran dimulai dengan bismillahi al-rahman al-rahim selain surah At-Taubah. [61] Berdasarkan pada masa pewahyuannya terbagi menjadi dua, Makkiyah dan Madaniyah; surah-surah yang turun sebelum Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah disebut sebagai Makkiyah; surah-surah yang turun pasca hijrah ke Madinah disebut sebagai Madaniyah.

Ayat

Artikel utama: Ayat
Ayat adalah kata-kata, ungkapan atau kalimat Alquran yang membentuk surah. [63] Setiap surah terdiri dari beberapa ayat tertentu. [64] Ayat-ayat Alquran dari sudut pandang volume berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Ayat 282 surah Al-Baqarah merupakan ayat terpanjang dalam Alquran. Ayat yang paling pendek seperti ayat-ayat “«مُدهامَّتان» (QS. Ar-Rahman:64), «والضُّحی» (QS. Adh-Dhuha:1), «والفَجر» (QS. Al-Fajr:1) atau pembuka-pembuka surah lainnya. [65]
Ayat-ayat Alquran berdasarkan kriteria kejelasan makna terbagi menjadi Muhkam dan Mutasyabih. Yang dimaksud dengan ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sedemikian jelas sehingga tidak menyisakan keraguan padanya. Ayat-ayat yang terdapat kemungkinan beberapa makna di dalamnya disebut sebagai mutsyabihat. [66] Alquran sendiri yang melakukan pembagian dan klasifikasi ini. [67]
Pembagian lain yang dijelaskan terkait dengan ayat-ayat Alquran: ayat-ayat yang menasakh hukum yang ada pada ayat lain disebut sebagai ayat nasikh dan ayat-ayat yang telah dinasakh disebut sebagai mansukh. 

Juz dan Hizb

Hizb dan juz adalah pembagian Alquran yang diinisiasi penggunaannya oleh kaum Muslimin. Diduga bahwa umat Muslim melakukan hal ini untuk memudahkan program bacaan atau penghafalan Alquran setiap hari. Pembagian seperti ini memiliki ragam dan ada keterlibatan personal; [69] Dikatakan pada masa Rasulullah saw, Alquran terbagi menjadi beberapa hizb dan setiap hizb mencakup beberapa surah; demikian juga pada masa-masa selanjutnya, terdapat pembagian-pembagian dua juz hingga sepuluh juz. Dewasa ini pembagian Alquran terdiri dari 30 juz dan pembagian setiap juz menjadi 4 hizb. [70]

Kandungan

Dalam Alquran disebutkan beragam tema seperti Ushuluddin, akhlak, hukum-hukum syariat, kisah-kisah orang-orang terdahulu, perang melawan orang-orang munafik dan orang-orang musyrik. Sebagian kandungan penting Alquran seperti: Tauhid, ma'ad, beberapa peristiwa pada awal kedatangan Islam seperti Ghazwah yang diikuti Rasulullah saw, kisah-kisah Alquran, hukum-hukum ibadah, peradilan, keutamaan dan ketercelaan akhlak, larangan terhadap kemusyrikan dan kemunafikan. [71]

Alquran Tidak Mungkin Mengalami Penyimpangan

Tahrif yang umumnya dibahas artinya adanya penambahan kata atau beberapa kalimat kepada Alquran atau pengurangan kata atau beberapa kata darinya. Abul Qasim Khui menulis, kaum Muslimin bersepakat bahwa tahrif dalam artian pertama tidak terjadi pada Alquran (penambahan); namun pada pengurangan kata atau beberapa kata dari Alquran terdapat perbedaan pendapat. [72]
Menurutnya, pandangan masyhur di kalangan ulama Syiah menekankan bahwa tahrif dalam artian ini juga tidak terjadi pada Alquran. [73]

Tantangan dan Kemukjizatan Alquran

Pada beberapa ayat Alquran disebutkan bahwa para penentang Nabi Muhammad saw diminta untuk mendatangkan sebuah kitab seperti Alquran atau sepuluh surah atau paling tidak satu surah apabila mereka tidak menerima beliau sebagai utusan Allah swt. [74] Kaum Muslimin menyebut hal ini sebagai "tahaddi". Tahaddi bermakna permintaan untuk mendatangkan hal yang sama dan lontaran tantangan. Kata ini pertama kali digunakan pada buku-buku teologis abad ketiga yang bermakna permintaan untuk mendatangkan hal yang sama dengan Alquran. [75]
Sesuai dengan keyakinan umat Islam, tiada seorang pun yang dapat mendatangkan sebuah kitab seperti Alquran dan hal ini menunjukkan kemukjizatan merupakan symbol bahwa Alquran adalah mukjizat dan Muhammad saw adalah seorang nabi. Alquran sendiri menegaskan sisi ketuhanan Alquran (bahwa Alquran itu diturunkan dari sisi Allah swt) dan menilai mustahil ada seseorang yang mampu mendatangkan sebuah kitab seperti Alquran. [76] Kemukjizatan Alquran adalah salah satu tema yang dikaji dan dipelajari dalam Ulumul Quran. [77]

Ilmu-ilmu yang Berkaitan dengan Alquran

Alquran menjadi sumber munculnya banyak ilmu pengetahuan bagi kaum Muslimin. Tafsir dan Ulumul Quran adalah salah satu dari ilmu-ilmu ini.

Tafsir

Artikel utama: Tafsir
Tafsir adalah pengetahuan tentang ulasan dan penjelasan ayat-ayat Alquran. [78] Tafsir Alquran dimulai pada masa Rasulullah saw dan dilakukan oleh Rasulullah saw sendiri. [79] Imam Ali as, Ibnu Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Ubay bin Ka'ab adalah para penafsir pertama Alquran pasca Rasulullah saw.[80] Alquran telah ditafsirkan dengan menggunakan ragam metode. Sebagian dari metode tafsir Alquran ini adalah tafsir maudhu'ui (tematis), tafsir tartibi (sistematis), tafsir Alquran bi Alquran, tafsir riwayat, tafsir ilmiah, tafsir fikih, tafsir filosofis, dan tafsir irfani. [81]

Ulumul Quran

Sekumpulan ilmu yang membahas tentang Alquran disebut sebagai Ulumul Qur'an. Sejarah Alquran, ayat-ayat ahkam, ilmu bahasa Alquran, ilmu tanda baca dan balaghah, asbab al-nuzul, qishash Alquran, ilmu Qira'ah, ilmu Makki dan Madani, ilmu muhkam dan mutasyabih, ilmu nasikh dan mansukh merupakan pembahasan-pembahasan yang dikaji dalam Ulumul Qur'an. [82] Sebagian sumber penting Ulumul Qur'an adalah:
· Al-Tibyan (mukaddimah), karya Syaikh Thusi (456 H)
· Majma' al-Bayan (mukaddimah),karya Fadhl bin Hasan al-Thabrisi (548 H)
· Imla' ma Manna bihi al-Rahman, karya Abu al-Baqa 'Akbari (616 H/1219)
· Al-Burhan fi Ulum al-Qur'an, karya Zarkasyi (794 H/1392)
· Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an, karya Jalaluddin Suyuthi (911 H/1506)
· Ala-Rahman (mukaddimah kitab), karya Muhammad Jawad Balaghi (1352 H/1934)
· Qur'an dar Islam, karya Sayid Muhammad Husain Thabathabai (1360 HS)
· Al-Tamhid fi 'Ulum Al-Qur'an, karya Muhammad Hadi Ma'rifat (1385 HS) [83]

Ritual-Ritual Qur'ani

Alquran tampil mencolok dalam kehidupan sosial kaum Muslimin. Digelar Pertemuan-pertemuan khataman Alquran di masjid-masjid, Haram para imam dan keturunan imam dan pertemuan-pertemuan keluarga. [84] Meletakkan Alquran di atas kepala adalah termasuk dari ritual-ritual umat Muslim Syiah yang mereka lakukan pada malam-malam Qadar. Dalam ritual ini, dengan meletakkan Alquran di atas kepala mereka bersumpah atas nama Allah swt, Alquran dan para maksum supaya dosa-dosanya diampunkan. [85]
Pada kebanyakan pertemuan resmi kaum Muslimin seperti ceramah-ceramah dan ritual-ritual sosial seperti pernikahan, dibacakan ayat-ayat Alquran. [86] Salah satu budaya yang berkembang di Iran adalah memasuki rumah baru dengan Alquran. Orang-orang Iran ketika memasuki rumah baru dan hendak memindahkan perabotan rumah maka pertama kali yang mereka bawa adalah Alquran dan kemudian barulah perabotan-perabotan rumah yang diangkat. [87]
Alquran dan tradisi tahun baru orang-orang Iran memiliki hubungan yang sangat erat. Di Iran, mereka meletakkan Alquran di atas suprah haftsin (tujuh benda yang dimulai dengan huruf hijaiyyah sin). Ketika terjadi pergantian tahun mereka membaca ayat-ayat Alquran. Demikian juga pada sebagian keluarga, orang-orang yang lebih besar memberikan hadiah tahun baru melalui Alquran. Mereka memberikan uang hadiah tahun baru dalam Alquran dan anak-anak dengan membuka Alquran mereka mengambil hadiah tahun baru tersebut. [88]

Alquran dan Seni

Alquran memiliki tempat dalam seni kaum Muslimin. Sisi seni Alquran yang paling menonjol dapat terlihat pada kaligrafi, pewarnaan Alquran dengan emas, penjilidan, sastra dan arsitektur. Mengingat bahwa hafalan dan penyebaran Alquran terjadi melalui penulisan dengan huruf-huruf yang indah, maka seni menulis huruf mengalami kemajuan pesat di kalangan umat Islam. [89] Dan kemudian secara perlahan Alquran ditulis dalam ragam khat seperti Naskh, Kufi, Tsults, Nasta'liq. [90]
Ayat-ayat Alquran dalam sastra Persia dan Arab sangat banyak digunakan. Baik dalam natsr dan juga syair Persia dan Arab, banyak digunakan ungkapan-ungkapan dan kandungan-kandungan Alquran. [91]
Seni arsitektur Islam juga banyak dipengaruhi oleh ayat-ayat Alquran. Pada kebanyakan bangunan-bangunan bersejarah kaum Muslimin, di antaranya masjid-masjid dan istana-istana banyak dijumpai ungkapan-ungkapan Alquran; demikian juga sebagian kandungan Alquran seperti sifat-sifat Alquran tentang surga dan neraka, digunakan dalam arsitektur bangunan-bangunan. [92] Ungkapan-ungkapan Alquran yang tertera di Qubbah al-Shakhrah di Baitul Maqdis merupakan salah satu contoh yang paling menarik dari penggunaan ayat-ayat Alquran pada bangunan-bangunan. Dalam tulisan-tulisan kecil bangunan ini yang dibangun pada tahun 71 H/691 M, terlihat keyakinan utama kaum Muslimin dan sebagian ayat-ayat surah-surah An-Nisa, Ali Imran dan Maryam. [93]

Pandangan Orientalis

Cendekiawan non Muslim banyak melakukan penelitian-penilitian tentang sastra, kandungan dan kewahyuan Alquran. Sebagian orientalis menilai bahwa Alquran adalah sabda Nabi Muhammad saw. mereka berkata, Kandunganya diambil dari sumber-sumber Yahudi, Kristen dan syair-syairnya masa jahiliyah.Sebagian lainnya meski dengan tegas tidak menyepakati bahwa Alquran itu turun dari sisi Allah, mereka menilainya lebih superior dari ucapan manusia. [94]
Richard Bale berkata: genre sastra Alquran yang didalamnya sering digunakan saj', pengulangan dan analogi, dipengaruhi oleh teks-teks Kristen dan Yahudi. Sebaliknya, Noldoke menilai bahwa surah-surah Aquran khususnya surah-surah Makkiyah dari sudut pandang kesustraan bernilai mukjizat, dan ia menyerupakan ayat-ayat Alquran sebagai senandung para malaikat yang membuat gembira jiwa orang-orang beriman. Maurice Bucaille, seorang orientalis Prancis memberikan penilaian terkait dengan kemukjizatan ilmiah Alquran. Ia menulis, Sebagian ayat-ayat Alquran seiring dan sejalan dengan temuan-temuan baru ilmu modern.Bucaille menyimplukan bahwa Alquran ini bersumber dari Tuhan.


Ayat-ayat Akhlak
Ayat-ayat al-Ifik • Ayat Ukhuwah • Ayat Istirja' • Ayat Ith'am • Ayat Naba' • Ayat Najwa


Keutamaan-keutamaan Akhlak
Rendah Hati • Kepuasan • Dermawan • Menahan Amarah • Ikhlas • Lembut • Zuhud

Keburukan-keburukan Moral
Congkak • Tamak • Hasud • Dusta • Gibah • Gunjing • kikir • Mendurhakai orang tua • Hadis ''Nafs'' • Besar Diri • Menguping • Memutus hubungan silaturahmi • Penyebaran Kekejian

Istilah-istilah Akhlak
Jihad Nafs • Nafs Lawamah • Nafsu Amarah • Jiwa yang tenang • Perhitungan • Muraqabah • Musyaratah • Dosa • Pelajaran Akhlak • Riadat


Sumber Referensi Akhlak




Share:

toko islam

toko islam

Popular Posts

Umroh Murah Ibadah Berkah

  UMRAH PASTI MAMPU!!!!! 🕋🕋 Di Tanur Ada program keren namanya Easy Umrah apa aja sih easy nya klo anda mau umrah DI TANUR cekidottt 👇 1....

Kajian Umum