(( Menu Halaman )) - (( Qur'an )) (( Hadits ))

Corona virus menurut islam


Kiat Menyikapi Wabah Corona Sesuai Ajaran Islam

 5 March 2020
MADANINEWS.ID, JAKARTA — Fenomena wabah virus corona (covid-19) yang muncul di awal tahun 2020 ini semakin lama semakin membuat kekhawatiran di seluruh dunia. Bagaimana tidak, virus yang muncul pertama kali di kota Wuhan provinsi Hubei China ini telah memakan korban lebih dari 2600 nyawa dan menginfeksi sekitar 80.000 jiwa atau lebih.
Virus yang sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya telah merambah hampir ke seluruh negara-negara besar di dunia. Mulai dari China, Korea Selatan, Singapura dan lainnya di daratan Asia, hingga ke Italia,Prancis dan lainnya di daratan Eropa. Dan beberapa waktu lalu Presiden Jokowi mengumumkan bahwa kasus virus corona telah menjangkit dua warga Indonesia.
Akibat virus ini, disamping korban yang terus berjatuhan yang mana angkanya telah mendekati hampir ratusan ribu jiwa baik yang meninggal ataupun yang terinfeksi, jutaan manusia lainnya terancam terkena wabah mematikan ini. Di samping itu, tercatat ratusan kota diisolasi, ribuan jalur penerbangan ditutup, bahkan secara khusus Negara Arab Saudi menghentikan sementara kedatangan jamaah umroh guna mengantisipasi tersebarnya wabah ini di dua tanah suci.
Menyikapi epidemi global ini, sebagai seorang muslim hendaklah kita kembali kepada ajaran-ajaran agama kita. Dan berikut ini beberapa kiat-kiat yang dapat kita tempuh sebagai seorang muslim dalam menyikapi wabah virus corona yang sedang mewabah saat ini:
1. Senantiasa meminta perlindungan kepada Allah.
Virus corona adalah makhluk sebagaimana makhluk-makhluk Allah lainnya, dan ia tidaklah bergerak kecuali atas perintah dan izin Allah ta’ala yang menciptakannya. Oleh karenanya, kita berlindung dari wabah ini kepada Allah sebelum kita berlindung kepada kemampuan diri kita sendiri atau kemampuan makhluk lainnya. Ingatlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penjaga. Allah berfirman:

(فَٱللَّهُ خَيۡرٌ حَٰفِظٗاۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ)

Maka Allah adalah sebaik-baiknya penjaga dan Dialah Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS Yusuf, Ayat 64).
Berlindung kepada Allah ini bisa dilakukan dengan senantiasa membaca doa-doa pelindung yang bersumber dari Al-Qur’an seperti surat Al-Falaq dan surat An-Nas ataupun dari doa-doa yang bersumber dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, seperti doa yang dianjurkan untuk dibaca di pagi dan petang hari:

(بِسمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهَ شَيءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَمَاءِ وَهُوَ السَمِيعُ العَلِيم)

Dengan nama Allah yang tidak membahayakan dengan namaNya segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, dan Ia lah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Doa ini berdasarkan sabda Nabi shallahu alaihi wasallam, bila diamalkan oleh seorang hamba di pagi dan petang hari masing-masing sebanyak tiga kali, maka niscaya tidak akan membahayakannya segala sesuatu apapun yang ada di atas muka bumi ini.
2. Berikhtiar dengan melakukan pencegahan.
Di samping berlindung kepada Allah, tentunya sebagai seorang manusia kita juga harus berikhtiar dengan melakukan usaha-usaha pencegahan agar virus ini tidak menular kepada diri kita atau kepada orang-orang yang kita sayangi. Ikhtiar ini bisa dilakukan dalam skala individu maupun skala berjamaah.
Ikhtiar dalam skala individu dilakukan dengan mengikuti cara-cara yang dianjurkan oleh para ahli dalam bidang ini, seperti rutin menjaga kesehatan, rutin mencuci tangan, rutin memakan dari makanan-makanan yang baik, rutin memakai masker dikeramaian, serta menghindari keluar rumah dan berkumpul di tempat keramaian bila tidak diperlukan.
Adapun ikhtiar dalam skala berjamaah, maka bisa dilakukan dengan cara melakukan pencegahan-pencegahan agar virus ini tidak merambah ke skala yang lebih luas lagi seperti melakukan isolasi kepada mereka-mereka yang terkena virus atau mereka yang tercurigai terkena virus. Dan ikhtiar ini hendaklah dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang. Hal ini berdasarkan makna hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi:

(إذا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأرْضٍ، فلاَ تَقْدمُوا عَلَيْهِ، وإذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا، فَلا تخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ)

“Apabila kalian mendengar tentangnya (wabah penyakit) di sebuah tempat, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, dan bila kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar daripadanya sebagai bentuk lari daripadanya”. (HR.Bukhari dan Muslim)
3. Bertawakkal kepada Allah.
Setelah melakukan ikthtiar-ikhtiar yang ada, maka pada akhirnya semua kita serahkan kepada Allah. Kita tawakkalkan diri kita kepadaNya. Karena hidup dan mati kita sebagai seorang hamba semua berada di tanganNya. Allah berfirman:

(قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ)

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. (QS Al-An’am, Ayat 162)
Dan perlu kita ketahui bahwa seorang hamba akan tetap hidup bilamana memang ajalnya belum datang, bahkan bila virus corona ataupun virus lainnya yang lebih ganas daripada itu menjangkitinya, namun bila memang sudah ajalnya, jangankan virus corona atau yang lebih dari itu, bahkan digigit semut pun seseorang bisa mati jikalau memang ajalnya telah tiba.
Ajal seseorang pasti datang, namun pertanyaannya adalah apakah yang telah kita persiapkan dari amalan saleh menyambut ajal tersebut? Semoga Allah menutup hidup kita dengan husnul khotimah.
4. Yakin kepada Allah akan kesembuhan.
Bila ada di antara kita yang ditakdirkan oleh Allah tertimpa penyakit ini, maka yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya penyembuh karena Ia lah Tuhan Yang Maha Penyembuh.
Dan yakinlah juga bahwa tidak ada penyakit yang Allah turunkan, kecuali ada juga obat yang diturunkan bersamanya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ خَلَقَ الدَّاءَ خَلَقَ الدَّوَاءَ فَتَدَاوَوْا ) رواه أحمد (12186) وحسنه الألباني.

Sesungguhnya Allah ketika menciptakan penyakit maka ia menciptakan penyembuhnya, maka berobatlah”. (HR. Ahmad (no:12186) dan dihasankan oleh Imam Albani).
Demikianlah beberapa kiat-kiat dalam menyikapi wabah virus corona ini, dan yang terakhir, mari kita berdoa kepada Allah agar supaya Ia senantiasa menjaga diri kita, keluarga kita, kerabat kita dan orang-orang yang kita sayangi dari terkena wabah virus ini. Mari kita juga berdoa kepada Allah agar Ia senantiasa menjaga negeri kita dan juga negeri-negeri kaum muslimin lainnya dari wabah penyakit mematikan ini. Dan tak lupa juga kita sisipkan doa-doa terbaik kita kepada mereka saudara-saudara kita yang sedang diuji dengan virus ini agar supaya Allah segera menyembuhkan mereka dari penyakit ini.

Kata Raja Salman soal Pandemi Virus Corona 

Jumat 20 Maret 2020 09:30 WIB
Raja Salman bin Abdul Aziz. (Foto: Reuters) Riyadh, NU Online Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz menyampaikan pidato terkait pandemi virus corona (Covid-19) yang menyebar ke ratusan negara, termasuk Saudi. Pidato tersebut disampaikan melalui televisi setempat pada Kamis (19/3) waktu setempat. Dalam pidato itu, diberitakan Arab News, Raja Salman menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengambil langkah pencegahan untuk memerangi virus corona. Dia menyampaikan terima kasih kepada lembaga-lembaga pemerintahan yang bekerja selama wabah berlangsung, terutama para professional di sektor kesehatan.  Raja Salman menuturkan, pihak berwenang akan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan warga Kerajaan selama wabah berlangsung. Dia juga berkomitmen akan melakukan segalanya untuk menjaga kesehatan rakyatnya. Menurutnya, rakyat Saudi telah menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi pandemi virus corona.  “Kami mengandalkan keteguhan hati warga kami, tekad dan tanggung jawab mereka untuk melawan virus corona,” kata Raja Salman.    “Saya mengatakannya dengan jujur, tahap selanjutnya (virus corona) akan lebih sulit di tingkat global,” lanjutnya.  Raja Salman telah menerima telepon dari Raja Yordania, Abdullah II. Kedua pemimpin tersebut membahas cara-cara kerja sama dan koordinasi untuk memerangi virus corona dan mencegah penyebarannya. Dilaporkan, virus corona telah menginfeksi 1.300 di negara-negara Teluk, dengan satu orang meninggal di Bahrain. Di Saudi sendiri, menurut data worldometers, kini ada 274 kasus virus corona, di mana delapan di antaranya dinyatakan telah pulih kembali. Sebelumnya, Saudi telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menangkal penyebaran virus corona. Di antaranya menangguhkan shalat jamaah—termasuk Shalat Jumat- di seluruh masjid kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, melarang umat Islam—termasuk warganya sendiri- untuk umrah, menghentikan wisatawan berkunjung ke wilayah Saudi, mensterilisasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, menutup pelataran tawaf dan lajur sai untuk jamaah umrah, meliburkan sementara sekolah dan universitas di wilayah kerajaan, menutup perbatasan dengan Bahrain, Kuwait, dan UEA. Arab Saudi juga melarang sementara perjalanan ke dan dari hampir semua negara Eropa dan lebih dari 12 negara di Asia dan Afrika. Kebijakan ini diambil setelah kasus virus corona meningkat di Saudi. Pewarta: Muchlishon Editor: Alhafiz Kurniawan

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/117997/kata-raja-salman-soal-pandemi-virus-corona

Ustaz Adi Hidayat Ungkap Obat Virus Corona dalam Al-Qur'an


Ahad, 15 Maret 2020 - 00:25:39 WIB
Ustaz Adi Hidayat Ungkap Obat Virus Corona dalam Al-Qur'anDai yang pernah menimba ilmu di Kuliyya Dakwah Islamiyyah Tripoli Libya, Ustaz Adi Hidayat mengungkap obat penyakit yang disebabkan virus Corona
JAKARTA, HARIANHALUAN.COM - Dai yang pernah menimba ilmu di Kuliyya Dakwah Islamiyyah Tripoli Libya, Ustaz Adi Hidayat mengungkap obat penyakit yang disebabkan virus Corona (Covid-19) ada dalam Al-Qur'an yang mulia.
Pendiri Quantum Akhyar Institute ini menegaskan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Penggalan ayat dari tiga surah Al-Qur'an ini diyakini bisa menyembuhkan penyakit termasuk virus Corona atas izin Allah Ta'ala.
"Anatomi tubuh manusia itu terdiri dari tiga bagian sebagaimana dikabarkan Al-Qur'an. Ada fisik (jasad), akal, dan ruh. Mungkin yang dipelajari di ilmu biologi dan kedokteran hanya fokus pada fisik saja. Yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan adalah anatomi akal. Sedangkan ruh tidak dipelajari dalam pelajaran formal ataupun ilmu kedokteran. Ini terkait dengan nilai-nilai spiritual," kata Ustaz Adi Hidayat dalam ceramah di Akhyar TV "Quantum Akhyar" yang diunggah akun YouTube 'Gelora Islam' 7 Maret 2020.
Kata Ustaz Adi Hidayat, setiap penyakit biasanya menghantam dua di antara tiga bagian ini. Kalau bukan pada fisiknya maka yang dihantam adalah ruhnya. Kalau penyakit akal biasanya sifatnya malas membaca, malas belajar atau malas mengkaji. Setiap bagian anatomi ini butuh asupan sebagaimana tubuh membutuhkan karbohidrat, protein maupun vitamin.
Terkait penyakit fisik, Al-Qur'an mengajarkan tidak semua yang diinginkan harus dimakan, tetapi konsumsilah yang menyehatkan tubuh dan cari dengan cara yang benar. Sedangkan penyakit akal bisa disembuhkan dengan membaca dan mencari ilmu pengetahuan, itulah nutrisinya. Sedangkan ruh tidak banyak dipelajari. Ketika zaman Nabi, ada yang bertanya kepada Rasulullah SAW. "Ya Muhammad apa esensi ruh, bagaiman sifatnya apa nutrisinya? Maka turunlah Surah Al-Isra' ayat 17: "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit".
Maka kemudian diberitahulah nutrisi ruh untuk menguatkan nilai-nilai spritual seseorang. Kalau fisiknya sakit tetapi ruhnya sehat, itu boleh jadi daya tahan tubuhnya tetap kuat. Dalam arti dia masih bisa menjalani kehidupan dengan baik.
Akan tetapi jika ruhnya sakit meskipun fisiknya terlihat sehat sesungguhnya dia dalam keadaan lemah dalam menjalani kehidupan. Apa nutrisi ruh? Jawabannya adalah ibadah, makanya kita diperintahkan salat, mengaji, puasa, baca Qur'an, tahajjud. Inilah asupan untuk menguatkan ruh.
"Menyangkut virus Corona ini kita akan bagi menjadi 2 bagian. Pertama, secara fisik apa yang disampaikan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan agar diikuti, bagaimana berperilaku hidup sehat, menjaga kebersihan dan mencari makanan yang dibutuhkan. Ini ikhtiar. Kedua, ada bagian yang sangat penting menyangkut ruh. Karena jika ruhnya lemah akan berpengaruh terhadap kondisi fisik.
Contohnya iri hati, dengki, perasaan pesimis, perasaan tak enak hati. Nabi Ayyub 'alaihissalam diserang penyakit yang begitu kuat, tapi karena ruhnya (nilai spritual) kuat beliau masih bisa menjalani kehidupan. Beliau baru meminta pertolongan kepada Allah Ta'ala ketika penyakitnya telah mengganggu aktivitas ibadahnya.
"Saya ingin memberikan pendekatan spiritual bagaimana agar menguatkan ruh sehingga daya tahan tubuh bisa kuat dan tetap beraktivitas dengan sempurna. Beberapa pekan ini saya menerima pesan tidak hanya di Indonesia tapi saudara-saudara kita di luar negeri di bilangan Korea, Jepang dan beberapa tempat lainnya untuk sekadar salat berjamaah sekarang tidak diizinkan di masjid karena dikhawatirkan tersebarnya virus Covid-19 ini," kata Ustaz Adi Hidayat.
Kita turut mendoakan semoga Allah meringankan dan menghilangkan penyakit ini sehingga memudahkan saudara-saudari kita beribadah. Saya ajarkan ayat-ayat Al-Qur'an untuk mengobati penyakit-penyakit yang kita hadapi saat ini.
Jika seserang tidak tertimpa penyakitnya, kita ikuti pesan Rasulullah SAW. Kata Beliau, yang sakit jangan datang ke tempat perkumpulan. Yang tidak sakit jangan berkunjung ke daerah yang terkena penyakit. "Yang sedang sakit flu, batuk-batuk dan sebagainya misalnya tinggal di rumah saja. Tetapi keyakinan perlu dibangun bahwa ajal itu tidak terkait dengan penyakit, tapi ajal terkait dengan maut," terang Dai lulusan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut ini.
Seseorang yang ditimpa penyakit belum tentu meninggal, karena banyak orang sehat juga mati seketika. Al-Qur'an mengabarkan bahwa setiap umat ada batas waktu hidupnya. Apabila terkena penyakit atau divonis menjadi bagian dari penyakit itu misalnya terkena Corona, kanker dan penyakit lainnya silakan membaca ayat ini penuh keikhlasan dan permohonan kuat kepada Allah.
"Saya akan gabungkan tiga surah sekaligus. Insya Allah jika dibacakan dengan benar di situ ada janji Allah sebagaimana janji Allah kepada Nabi Ayyub bahwa penyakit apapun selain kematian, Allah akan berkenan menyembuhkannya," kata Ustaz Adi Hidayat meyakinkan. Berikut ayatnya:
1. Al-Qur'an Surah Al-Isra' ayat 82.

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian." (Al-Isra': 82)
2. Al-Qur'an Surah Al-Anbiya ayat 83-84.

"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang." (Al-Anbiya: 83)
"Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami." (Al-Anbiya: 84)
Apabila ingin berdoa bisa membaca kalimat di bawah ini:

'Allahumma Annii Massaniyadh-dhurru wa Anta Arhamur Roohimiin'
Artinya:
Ya Allah Tuhanku, sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.
3. Ditutup dengan Surah Al-Fatihah ayat 1-7.
Nabi SAW pernah mengatakan bahwa Surah Al-Fatihah ini sebagai obat (As-Syifa). Pernah dikisahkan seorang kepala suku tersengat kalajengking dan medis mengatakan tidak mungkin sembuh. Akhirnya dibacakan Surah Al-Fatihah dan Allah memberikan kesembuhan.
Inilah bagian dari ikhtiar ruh, pendekatan-pendekatan spritual yang perlu diamalkan. Adapun obat untuk menyembuhkan segala penyakit bisa ditemukan dalam kalimat Al-Qur'an. Beberapa ayat dalam Al-Qur'an berupa zikir-zikir tertentu yang apabila dilakukan dengan benar akan melahirkan penawar yang tidak ditemukan dalam ilmu kedokteran.
"Semoga Allah memberi kemudahan dan menghilangkan segala kesulitan di sekitaran kita. Insya Allah saudara kita yang meminta penguatan dan doa semoga Allah meringankan musibah yang kita hadapi saat ini," kata Ustaz Adi Hidayat. (*)

Tuntunan Islam Hadapi Virus Corona, Cuci Tangan hingga Lockdown

Rosmha Widiyani - detikNews
Selasa, 17 Mar 2020 17:47 WIB
Massa GNPF MUI akan menggelar aksi damai di Monas, Jakarta, Jumat (2/12/2016) besok. Fasilitas aksi damai seperti panggung dan tempat wudhu telah disiapkan di Monas.
Foto: Lamhot Aritonang/Tuntunan Islam Hadapi Virus Corona, Cuci Tangan hingga Lockdown
Jakarta - 
Hingga kini belum ada obat spesifik menghadapi virus corona, yang masih jadi masalah kesehatan terbesar sepanjang masa. Badan kesehatan dunia bahkan menetapkan status pandemi, karena hampir tak ada negara yang absen dari COVID-19.
Pada masa Rasulullah dan sahabat, umat Islam juga pernah menghadapi serangan wabah penyakit. Cara Nabi Muhammad dan para sahabat dalam menghadapi wabah penyakit banyak diterapkan di zaman modern, termasuk untuk menghadapi pandemi virus corona atau COVID-19.
Sebut saja, anjuran menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan juga metode karantina yang saat ini populer dengan istilah lockdown. Dan tentu saja berdoa kepada Allah SWT.

Berikut beberapa mekanisme pencegahan wabah penyakit dalam Islam yang bisa diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19,

1. Rajin cuci tangan

Hadits yang ditulis berdasarkan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, telah menyarankan umat Islam rajin cuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas. Ilmu pengetahuan membuktikan, cuci tangan pakai sabun adalah cara efektif mencegah infeksi virus corona atau COVID-19.
Berikut haditsnya,

A. Hadits yang dinarasikan Salman

عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ قَرَأْتُ فِي التَّوْرَاةِ أَنَّ بَرَكَةَ الطَّعَامِ الْوُضُوءُ بَعْدَهُ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا قَرَأْتُ فِي التَّوْرَاةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ بَرَكَةُ الطَّعَامِ الْوُضُوءُ قَبْلَهُ وَالْوُضُوءُ بَعْدَهُ ‏"
Artinya: Dinarasikan Salman: Saya membaca di Taurat, berkah makanan ada di wudhu setelah menyantapnya. Lalu aku mengatakannya pada Nabi Muhammad SAW yang aku baca di Taurat. Setelah itu Rasulullah SAW mengatakan, "Berkah pada makanan ada di dalam wudhu sebelum dan setelah menyantap hidangan." (HR Tirmidzi).
Wudhu yang bertujuan mensucikan diri sebelum sholat, diawali cuci tangan sebelum membersihkan bagian tubuh yang lain. Hadits ini memang punya peringkat da'if atau darussalam, bukan shahih yang merupakan derajat tertinggi. Namun dengan kondisi saat ini, tak ada salahnya rajin cuci tangan sebelum atau setelah beraktivitas. Apalagi manfaat cuci tangan telah terbukti dalam berbagai riset ilmu pengetahuan.

B. Hadits yang dinarasikan Abu Huraira

عَنْ جَابِرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْرِغْ عَلَى يَدِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَ يَدَهُ فِي إِنَائِهِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي فِيمَ بَاتَتْ يَدُهُ ‏"‏ ‏.‏
Artinya: Rasulullah SAW mengatakan, "Ketika kamu bangun tidur, dia seharusnya cuci tangan tiga kali sebelum beraktivitas karena dia tidak tahu kondisi tangannya saat malam hari." (HR Muslim).
Hadits berderajat shahih ini kembali mengingatkan pentingnya cuci tangan sebelum melakukan aktivitas. Cuci tangan memastikan tidak ada virus dan bakteri yang berisiko menginfeksi tubuh.

2. Lockdown

Kebijakan lockdown ternyata sempat dilaksanakan di masa Rasulullah SAW saat muslim mengahadapi serangan wabah. Beberapa wabah yang sempat terjadi misal kusta dan diare, bukan virus corona atau COVID-19 seperti yang menyerang sekarang. Lockdown telah ditulis dalam hadits.
Berikut haditsnya

A. Dilarang masuk atau keluar kota dengan wabah

فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ، وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا، فِرَارًا مِنْهُ
Artinya: "Jika kalian mendengar tentang thoún di suatu tempat maka janganlah mendatanginya, dan jika mewabah di suatu tempat sementara kalian berada di situ maka janganlah keluar karena lari dari thoún tersebut." (HR Bukhari).
Hadits ini dinarasikan Usama bin Zaid dengan derajat yang shahih. Thoun adalah wabah yang mengakibatkan penduduk sakit dan berisiko menular, jika penduduk kota tersebut terus mobile.

B. Hikmah bagi muslim yang tidak kabur wilayah dengan wabah

قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ ‏"
Artinya: "Rasulullah SAW mengatakan, kematian akibat wabah adalah syahid bagi tiap muslim." (HR Bukhari)
Hadits ini dinarasikan Anas bin Malik dengan derajat yang shahih. Dengan tetap berada di wilayahnya, seorang muslim menekan risiko penularan pada orang lain.

3. Sholat dengan masker

Ibadah tentunya jangan sampai tidak dilakukan meski dalam serangan wabah, apalagi untuk sholat wajib. Dalam fatwanya MUI telah menyatakan, Sholat Jumat yang biasanya dilakukan berjamaah bisa diganti dengan sholat dzuhur di rumah masing-masing. Peraturan ini bertujuan menekan risiko penularan virus corona atau COVID-19 jika berada di kerumunan orang.
Terkait pandemi virus corona atau COVID-19 yang terjadi sekarang, penggunaan masker menjadi senjata utama mencegah infeksi. Mungkinkah sholat menggunakan masker dalam kondisi seperti saat ini?
"Bisa," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI atau Majelis Ulama Indonesia DR HM Asrorun Ni'am Sholeh MA dalam pesan pendek yang diterima detikcom.
Hukum sholat dengan daerah sekitar mulut dan hidung tertutup sebetulnya makruh berdasarkan empat mahdzab.
Di Indonesia saat ini ada mahdzab Syafii, Maliki, Hambali, dan Hanafi. Ketetapan ini tentunya bisa berubah sesuai dengan kondisi infeksi virus corona yang dihadapi muslim.

Sebelum COVID-19, Ini 8 Wabah yang Sempat Terjadi pada Masyarakat Islam

Rosmha Widiyani - detikNews
Senin, 30 Mar 2020 15:25 WIB
Muslim ibadah
Foto: Getty Images/Image Source/Sebelum COVID-19, Ini 8 Wabah yang Sempat Terjadi pada Masyarakat Islam
Jakarta - 
Wabah penyakit juga pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW dan para sahabat. Kala itu banyak masyarakat yang juga menjadi korban meninggal dunia.
Sebelum COVID-19, masyarakat muslim sempat merasakan beratnya menghadapi wabah penyakit. Meski merugikan, muslim banyak belajar dari wabah sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dikutip dari Was the Plague Disease a Motivating or an Inhibiting Factor in the Early Muslim Community? dari Kepala International Society for History of Islamic Medicine (ISHIM) Abdul Nasser Kaadan MD, PhD dan pengajar di Health Institute of Aleppo Mahmud Angrini MD, berikut 8 wabah yang sempat terjadi pada muslim,

1. Plague of Shirawayh

Wabah ini dipertimbangkan sebagai kejadian epidemik pertama yang terjadi pada masyarakat muslim. Plague of Shirawayh terjadi pada 627-628 M di ibukota Persia. Nama wabah diperoleh dari Siroes, Raja Persia dari Dinasti Sassanian yang meninggal karena penyakit ini pada 629 M. Dalam kitab Tarikh al-Omam wal-Muluk dari Muhammad Al-Tabari dikatakan, wabah ini membunuh banyak warga Persia meski tidak ada pasti jumlah muslim yang meninggal. Bukti dan jejak terkait wabah ini sangat jarang, namun masyarakat Semenanjung Arab kemungkinan bisa melewati wabah ini.

2. Plague of Amwas

Sesuai namanya, Plague of Amwas awalnya menyerang sebuah desa kecil bernama Amwas yang terletak di Palestina atara Jerusalem dan Al-Ramlah. Wabah ini menyerang tentara Arab yang sedang berada di Amwas pada bulan Muharram dan Safar pada 638 dan 639 M. Plague of Amwas kemungkinan adalah bubonic plague berdasarkan catatan Jacob of Edessa.
Sebanyak 2.500 orang meninggal termasuk orang-orang dekat Rasullah SAW yaitu Abu Ubaidah, Yazid bin Abu Sufyan, Muaz bin Jabal dan puteranya Shurahbil din Hasanah, Al-Fadl bin Al-Abbas, Abu Malik Al-Ashari, Al-Hareth bin Hisham, Abu Jandal, Uwais Al-Qarni, serta Suhail bin Amr. Mengutip Al-Tabari, musuh Islam sempat mempertimbangkan penaklukan karena serangan wabah yang melemahkan kekuatan dan membuat panik.
Sebelum wabah sempat terjadi kelaparan parah, hingga tahun ini disebut Al-Ramadah. Di wilayah Suriah dan Palestina, banyak masyarakatnya yang terserang penyakit ini. Banyaknya serangan wabah dipengaruhi rendahnya daya tahan tubuh dan tikus yang terinfeksi bakteri penyebab penyakit. Tikus ini menyerang persediaan pangan dan bersarang dekat sumber air warga.

3. Plague of Kufah

Wabah ini terjadi di Kufah pada 669 M di masa khalifah Muawiyah dari Bani Umayyah. Gubernur setempat Al-Mughirah bin Shubah dilaporkan keluar dari wilayahnya saat terjadi serangan wabah. Dia baru kembali saat serangan mulai reda dan meninggal karena penyakit tersebut pada 670 M. Serangan wabah bertepatan dengan kedatangan tentara Arab ke pesisir Asia melalui Bosphorus pada 668 M. Namun udara dingin, minim baju hangat, dan minimnya sarana lain mengakibatkan mereka terserang wabah serta disentri yang menghancurkan camp.

4. Plague of Al-Jarif (the violent plague)

Jenis wabah ini menyapu Irak selatan lewat Basar seperti banjir kira-kira tahun 688-689 M. Dalam tiga hari sebanyak 70000, 71000, dan 73000 orang telah meninggal pada April 689 M. Kebanyakan korban meninggal pada harus keempat setelah terinfeksi. Masyarakat dan pemerintah kesulitan menguburkan jenazah, sehingga harus mencegah mayat jangan sampai dimangsa hewan buas.
Jenazah akhirnya dikumpulkan dalam satu tempat tertutup dan dikunci, yang diharapkan mencegah kedatangan binatang liar. Tidak ada data pasti asal dan tanggal serangan, yang kemungkinan diakibatkan wabah yang muncul beberapa kali. Penulis John bar Penkaye menyatakan wabah ini menjadi kejadian paling parah yang pernah dilihat selama hidup. Saking parahnya, penduduk di wilayah Irak utara keluar dari rumahnya demi berlindung dari wabah. Sayangnya, penduduk tersebut justru menjadi korban perampokan dan mengundang niat jahat lain. John ber Penkaye berharap tak perlu lagi melihat wabah serupa Plague of Al-Jarif.

5. Plague of Fatayat

Plague of al-Fatayat terjadi di Basrah, Kufah, Waset, dan Damaskus pada 706M. Diberi nama plague of fatayat karena kebanyakan korban yang meninggal adalah pelayan perempuan dan wanita muda. Tingginya angka kematian mengindikasikan wabah kemungkinan besar adalah bubonic plague.

6. Plague of Al-Ashraf

Sesuai namanya, korban wabah plague of Al-Ashraf kebanyakan adalah laki-laki dari kalangan bangsawan. Wabah terjadi di Irak dan Suriah pada 716 M selama pemerintahan Al-Hajjaj, gubernur Irak dari Bani Umayyah yang terkenal. Putera mahkota Sulaiman bin Abd Al-Malik dikabarkan meninggal karena wabah ini.

7. Plague of 743-744 M

Wabah ini dilaporkan membunuh 100 ribu orang di wilayah Mesopotamia dan 20 ribu jiwa tiap hari selama satu bulan di wilayah Bosrah dan Hawran. Wabah yang ternyata bubonic plague ini menyerang bersamaan dengan kelaparan seperti dijelaskan dalam Zuqnin Chronicle. Serangan wabah ditandai bengkak, sakit, dan luka pada kebanyakan kepala keluarga. Sayangnya karena wabah menyerang saat musim dingin, mayat tidak bisa dikuburkan sehingga dibuang di tempat umum.
Akibatnya mereka yang hidup berisiko terkontaminasi jenazah yang mulai membusuk dan kelaparan. Mereka yang punya makanan ternyata tidak bernasib lebih baik. Stok makanan mereka dimangsa tikus yang membawa wabah ini dan berdampak buruk pada manusia.

8. Plague of Salam

Serangan wabah terjadi di Basrah pada 750 M dan Damaskus pada 754 M. Serangan paling parah terjadi saat Ramadhan dengan tingkat kematian seribu per hari. Sekitar 70 ribu orang mati di hari pertama serangan dan jumlah yang sama meninggal di hari kedua.

Umar bin Khattab Menghadapi Wabah Penyakit

Plague of Aswam menghadirkan cerita kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab saat menghadapi serangan wabah. Sikap Umar menginspirasi upaya pencegahan akibat infeksi wabah penyakit di kehidupan sekarang. Umar sempat dianggap melarikan diri dari takdir Allah SWT.
"Kita akan lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lainnya," jawab Umar bin Khattab saat ditanya Abu Ubaidah terkait kemungkinan melarikan diri dari takdir Tuhan.
Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah sempat berselisih karena khalifah ingin membawa pulang pasukannya ke Madinah. Sedangkan Abu Ubaidah ingin tetap berada di Syam yang terserang wabah. Dia kemudian terkena wabah dan meninggal dunia. Muaz bin Jabal yang menggantikan Abu Ubaidah sebagai Gubernur Syam juga meninggal dunia terkena wabah.
Sikap Umar didasarkan hadist yang menjelaskan sikap Rasulullah SAW saat mendengar ada wilayah terserang wabah.
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).
Wabah mengajarkan muslim untuk mengkaji lebih dalam sikap dan perkataan Rasulullah SAW saat menghadapi wabah. Tuntunan tersebut berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga masyarakat muslim mampu memperbaiki derajat kesehatan dan kehidupannya. Penerapan ilmu pengetahuan dan prinsip agama yang sejalan memungkinkan muslim menjadi kelompok yang sangat kooperatif dalam mencegah penularan penyakit.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

toko islam

toko islam

Popular Posts

Umroh Murah Ibadah Berkah

  UMRAH PASTI MAMPU!!!!! 🕋🕋 Di Tanur Ada program keren namanya Easy Umrah apa aja sih easy nya klo anda mau umrah DI TANUR cekidottt 👇 1....

Kajian Umum