Berikut ini penjelasan lengkapnya mengenai perbedaan ujian, musibah dan azab. Simak selengkapnya.
1. Ujian
Ibtila’ adalah ujian yang secara bahasa berarti ikhtibar (penyelidikan) dan imtihan (percobaan), baik berupa kesulitan maupun kesenangan, kebaikan maupun keburukan.
Allah memberikan ujian kepada manusia dengan tujuan menguji siapa hamba-Nya yang bersyukur atas ujian nikmat yang diperoleh dan siapa yang bersabar atas kesulitan yang menimpanya, agar diketahui siapa diantara hamba-Nya yang paling baik amalnya.
Firman-Nya dalam Surat Al-Anbiya ayat 35,
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)
Firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 168 yang artinya: “Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk.” (QS. Al A’raf: 168)
Firman Allah dalam Surat Al-Kahfi ayat 7 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al Kahfi: 7)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa, makna “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)”, artinya terkadang Allah menguji dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan, agar Allah mengetahui orang-orang yang bersyukur dari orang-orang yang kufur, orang-orang yang bersabar dari orang-orang yang berputus asa.
Sebagaimana perkataan Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas yang artinya: “Dan Kami menguji kalian”, dia mengatakan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan), dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan… sedangkan firman-Nya yang berarti “dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”, adalah Kami akan memberikan ganjaran (balasan) atas amal kamu. (Tafsir Al Qur’an Al Azhim juz V hal 342)
Ujian yang diberikan oleh Allah, disesuaikan dengan kadar dan kualitas keimanan seseorang serta sebagai sarana untuk menambahkan pahala bagi orang-orang yang bersabar. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan bahwa orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi.
Seseorang terkadang sanggup bertahan di dalam keimanan saat mendapatkan kesulitan, akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan. Ujian apapun yang Allah berikan pada kita, bersyukur dan bersabarlah.
Karena, setiap ujian yang Allah timpakan pada seorang mukmin sebagai pembersih dosa dan kesalahannya di dunia, sehingga tidak ada lagi siksa atas dosanya di akhirat. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Tidaklah seorang mukmin atau mukminah yang ditimpa suatu bala’ (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan.”
“Senantiasa cobaan itu datang menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa ada satupun dosa pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2399)
2. Musibah
Apabila ujian dan cobaan itu bisa berbentuk kesenangan atau kesulitan, sedangkan musibah biasanya berbentuk sesuatu yang tidak disukai. Musibah secara bahasa, identik dengan teguran atau peringatan yang sudah menjadi ketentuan Allah, terjadi karena kesalahan yαng kita perbuat.
Apabila Allah menghendaki kebaikan, maka Allah akan menyegerakan hukuman. Ditegur di dunia sehingga ia menjadi lebih baik dan suci dari dosa. Tapi apabila Allah tidak mencintai hamba-Nya, maka Ia akan tunda hukumannya dan ditunaikan di akhirat kelak sebagai akibat dari perbuatan dosa yang dilakukannya.
Firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 79,
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
Artinya: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisaa: 79)
Firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat 30,
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Tafsir Al-Qur’an Al Azhim juz II hal 363)
Orang-orang yang bersabar ketika mendapat musibah dan menjadikannya sebagai upaya perbaikan diri untuk lebih mendekat pada-Nya makan akan mendapat ampunan di sisi-Nya.
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat pengampunan dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS Al Baqarah: 155-157)
Musibah yang terjadi pada diri kita, harus disyukuri sebagai sarana introspeksi. Manusia tidak pernah luput dari kekhilafan. Janganlah menjadi orang yang lemah imannya seperti surat Al Hajj ayat 11 yang maknanya, dia hanya akan beriman apabila diberi kesenangan tapi mudah berbalik menjadi kafir ketika mendapat bencana atau musibah.
Musibah dan ibtila’ atau ujian hanyalah menimpa orang-orang mukmin, sedangkan musibah untuk orang kafir disebut azab.
3. Azab
Azab Allah yang diberikan kepada orang-orang kafir, baik di dunia maupun akhirat.
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajadah : 21)
“Orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS Ar Ra’du: 31)
“Wahai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kalian menjadi jahat sehingga kalian ditimpa musibah (azab) seperti yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Shalih. Sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kalian.” (QS Hud: 89)
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 16)
Didalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidaklah menzhalimi seorang mukmin, diberikan kepadanya kebaikan di dunia dan disediakan baginya pahala di akherat. Adapun orang yang kafir maka ia memakan dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di dunia sehingga ketika dia kembali ke akherat maka tidak ada lagi satu kebaikan pun sebagai ganjaran baginya.“ (HR. Muslim)
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar